Jepang Gandeng Indonesia Uji Coba QZSS

Jakarta  –  Akhir minggu lalu ruang rapat utama lantai tiga gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tampak sejumlah tamu dari Jepang. Dari pihak Indonesia, tampak jejeran pejabat BPPT, LAPAN, Badan Informasi Geospasial (BIG), dan Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Hari itu dilaksanakan penandatangan peresmian kerjasama Jepang-Indonesia  untuk pemanfaatan Quasi-Zenith Satellite System (QZSS).  Satelit ini terbilang baru dibangun pemerintah Jepang dan diujicoba sejak 12 Januari 2018, dan dijadwalkan sebagai layanan produksi November 2018.

“Satelit ini belum ada di area ASEAN. Jadi dengan penempatan satelit ini akan memudahkan banyak hal di Indonesia, terutama masalah konektivitas. Kebutuhan BPPT sendiri untuk navigasi, terkait produk teknologi BPPT yaitu ADS-B dan AIS,” ujar Eniya Listiani Dewi, Deputi Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEML) BPPT kepada media di Jakarta, Jumat (22/10/2018).

ADS-B (Automatic Dependent Surveillance – Broadcast) adalah sebuah sistem pemantauan (surveillance) penerbangan nir radar. Pesawat udara yang dilengkapi dengan sebuah transponder mengirimkan data penerbangan secara otomatis (automatic). Sedangkan Automatic Identification System (AIS) adalah sebuah sistem pelacakan otomatis digunakan pada kapal dan dengan pelayanan lalu lintas kapal (VTS) untuk mengidentifikasi dan menemukan kapal oleh elektronik pertukaran data dengan kapal lain di dekatnya.

Yudi Purwantoro, Direktur Teknologi Elektronika BPPT mengatakan saat ini baru ada tiga satelit QZSS yang beredar di orbit,  namun  sinyalnya tidak mampu diandalkan dan belum terlalu kuat menjangkau Indonesia. “Direncanakan  ada satelit keempat yang akan diluncurkan dan sapat menjangkau Indonesia,” ujarnya.

Satelit QZSS ke-4, kata Yudi, direncanakan orbit pada April 2019.  Keempat satelit tersebut, lanjut dia, akan memperkuat sinyal satu sama lain untuk menjangkau wilayah Indonesia. Dari sisi akurasi nya hingga dibawah satu meter diatas tanah Dalam hal ini, pemerintah Jepang akan membangun menara referensi untuk menerima sinyal satelit di sekitar Jakarta. “Nantinya pihak berkepentingan bisa membangun menera referensi senditi,” ujarnya.

Saat ini, kata Yudi, ketiga satelit QZSS mengorbit  dari Jepang ke Selatan hingga Australia. Selain dijajaki kerjasama dengan Indonesia, Jepang juga sudah melakukan uji coba di Thailand. “Selain sharing data, bagi Jepang, mereka ingin melakukan uji coba kemanfaatan satelit yang baru dilincurkan ini,” ujar Yudi.

You May Also Like

More From Author