
Kepala BPPT, Unggul Priyanto saat menyerahkan anugerahh BJHTA 2017 kepada Ibnu Susilo (Foto Humas BPPT)
Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menganugerahkan Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award (BJHTA) 2017 kepada Ir. Ibnu Susilo, kreator mobil off-road, FIN Komodo.
Kepala BPPT, Unggul Priyanto mengatakan penghargaan ini diberikan kepada pelaku teknologi yang berjasa, berprestasi, dan berdedikasi kepada bangsa dan negara Indonesia dalam inovasi dan berkreasi untuk menghasilkan karya nyata teknologi di bidangnya masing-masing.
Menurut Unggul peraih penghargaan BJHTA dipilih melalui penilaian yang didasarkan pada azas-azas inovasi yang terdiri dari azas penemuan, kreatif, efisien dan efektif, nilai tarnbah dan azas manfaat serta sepuluh poin kriteria penilaian.
“Setelah melalui seleksi ketat sesuai kriteria penilaian tersebut, maka penganugerahan penghargaan Teknologi Bacharuddin Jusuf Habibie ke-10 tahun 2017 diberikan kepada Ir. Ibnu Susilo dengan karya teknologi dan inovasinya yaitu: FIN Komodo,” papar Kepala BPPT di Jakarta, Selasa (15/8/2017).
Ibnu Susilo merupakan alumni Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) angkatan 1980. Setelah lulus dari ITS pada 1987, ia bergabung dengan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Selama di IPTN, selain terlibat proyek pesawat terbang N250, pria kelahiran Lamongan, 29 Mei 1961 ini terlibat dalam beberapa proyek antara lain pengembangan Mobil Nasional “Maleo” yang diprakarsai Badan Pengelolaan Industri Strategis (BPIS). Selepas dari PT Dirgantara Indonesia, ia mendirikan PT FIN Komodo Teknologi.
Ibnu Susilo menerangkan bahwa mobil yang dibuatnya merupakan kendaraan Offroad Utility Vehice yang digunakan sebagai alat transportasi pada daerah non infrastruktur. Kendaraan ini sangat lincah, nyaman, aman, ekonomis, efisien dan mudah perawatannya.
Untuk medan hutan, biasanya jarak tempuh sepanjang 100 Km dapat dilalui dalam 6 – 7 jam dengan konsumsi bahan bakar kurang lebih hanya 5 liter, sedangkan kapasitas tangki 20 liter, sehingga dapat berada didalam hutan selama 7 x 4 jam atau 4 hari untuk operasi perjalanan siang hari.
“Untuk kondisi jalan dengan kemiringan 45° dan berlumpur dapat dilalui dengan mudah dan aman, serta tanjakan turunan yang ekstrem tidak ada masalah. Untuk kondisi semak – semak atau belum ada jalan, maka FIN Komodo dapat berfungsi sebagai kendaraan perintis untuk pembuka jalan, sehingga akan sangat efisien dan menghemat waktu dalam bekerja,” rincinya.
Ibnu melakukan proses perancangan kendaraan un-conventional Fin Komodo mulai tahun 2005. Secara bersamaan ia juga mengerjakan paket pekerjaan Desain dan Analysis Composite komponen pesawat terbang Airbus A380 dan A400M dengan Malaysia.
Awalnya mobil besutan Ibnu ini hanya bisa produksi setahun satu unit. Setelah bersama sebagai tim, kemampuan produksi meningkat. “Tiga hari bisa jadi satu unit kendaraan FIN komodo,” ucapnya bangga.
Ibnu berharap kedepan Bangsa Indonesia sudah dapat memiliki Industri Otomotif sendiri yang mandiri untuk bangsa Indonesia.
“FIN Komodo memiliki design single platform serta dapat dimodifikasi untuk berbagai misi operasi, khususnya pada daerah tertinggal, pedesaan, perkebunan, kehutanan, pertambangan, TNI / Polri, misi kesehatan, tujuan rekreasi, dan fungsi lainnya yang dapat disesuaikan dengan kondisi alam Indonesia,” tuturnya.
Pada kesempatan tersebut, BJ Habibie mengapresiasi karya teknologi yang dirintis Ibnu Susilo. Menurutnya FIN Komodo berhasil menjadi solusi kendaran pedesaan guna membantu petani membawa hasil bumi menuju pasar terdekat.
Tokoh teknologi nasional ini berharap FIN Komodo tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan otomotif nasional tetapi mampu memenuhi kebutuhan negata lain. Dengan iptek dan inovasi, negara-negara miskin sumber daya alam seperti Korea Selatan, Jepang dan negara-negara Eropa mampu menghasilkan produk teknologi yang berkualitas dan menjadi andalan sumber devisa bagi negaranya.
“Indonesia, yang dikaruniai SDA dan SDM yang tidak kalah dari bangsa lainnya, tentu lebih berhak untuk maju dan melewati kemajuan bangsa-bangsa lain di dunia. Selain diperlukan SDM yang qualified, handal, bekerja keras dan berdedikasi, perlu adanya dukungan nyata dan strong political will dari pemerintah dan elemen bangsa lainnya,” pungkas Habibie.