Sambut Olimpiade 2020, Pengusaha Jepang Ciptakan Masjid Berjalan

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Dalam waktu lima menit, sebuah truk kontainer bertransformasi menjadi masjid yang mampu menampung 50 jemaah. Itulah kecanggihan masjid berjalan pertama di dunia yang dirancang pengusaha Jepang, Yasuharu Inoue, untuk menyambut perhelatan Olimpiade dan Paralimpik Tokyo 2020.

“Kami memiliki perhatian untuk menangani masalah kekurangan masjid bagi umat Islam di Jepang, mengantisipasi kehadiran wisatawan dari berbagai kewarganegaraan dengan kebudayaan dan kepercayaan yang berbeda-beda,” ucap Yasuharu yang juga CEO Yasu Project, di Hotel Rota, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (23/8/2018).

Yasuharu mengungkapkan, masjid berjalan ini dipersiapkan sebagai fasilitas infrastruktur Olimpiade 2020, karena jauhnya masjid dari venue pertandingan. “Jadi, solusinya kenapa bukan masjidnya datang ke sana,” terangnya.

Yasuharu merancang masjid berjalan karena dekat dengan banyak orang Islam, agama dengan pemeluk terbanyak di dunia. Karena sering pergi ke negara-negara islam seperti Arab Saudi, Qatar dan sebagainya, termasuk Indonesia, Yasuharu memiliki lebih banyak orang Islam daripada orang Jepang. Ia juga semakin mengenal budaya muslim.

“Kita ingin menjelaskan pada dunia bahwa Islam itu penuh dengan keramahtamanah (Omotenashi). Salah satu bentuk keramahtamahan itu kita konkretkan agar kemanapun seorang muslim berada bisa dengan mudah melakukan kewajiban salat lima waktu,” ungkap Yasuharu.

Masjid berjalan ini mulai dibangun sejak empat tahun lalu dengan memodifikasi truk kontainer seberat 25 ton. Saat difungsikan, dua sisi kontainer bisa melebar hingga luas mencapai 45 meter kuadrat, sehingga 50 orang bisa salat bersamaan.

Interior di dalam kontainer juga sudah diset layaknya di dalam masjid, dilengkapi sistem penentuan arah kiblat, 4 unit pendingin suhu (AC), dan keran air untuk berwudhu. Masjid berjalan ini juga ramah lingkungan karena air pembuangan didaur ulang sehingga bisa difungsikan kembali.

“Masjid ini juga tahan gempa dalam skala yang sedang. Kendaraannya saat ini masih pakai bahan bakar bensin, selanjutnya akan berubah menggunakan listrik agar lebih ramah lingkungan,” terangnya.

Menurut Yasuharu, satu unit masjid berjalan harganya mencapai 100 juta yen atau sekitar Rp 14 miliar. Harga ini bisa jauh lebih murah jika sudah diproduksi massal atau dibuat di Indonesia. Namun sebelumnya, ia menegaskan agar ada orang Indonesia yang mempelajari teknologi ini ke Jepang, terutama software-nya.

Sebenarnya, Yasuharu ingin berpartisipasi dengan menyediakan masjid itu pada ajang Asian Games 2018 di Indonesia. Namun, rencana itu tak terealisasikan karena waktu yang mendesak antara peluncuran masjid berjalan ini pada 23 Juli 2018 dengan jadwal perhelatan Asian Games.

Ia berharap, masjid berjalan tersebut tidak hanya dapat dipergunakan di Olimpiade Tokyo 2020, namun dapat dipakai di berbagai situasi untuk masyarakat Indonesia.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author