TechnologyIndonesia.id – Lebih dari dua juta nelayan di Indonesia menggantungkan hidupnya dari hasil laut. Sebagian besar nelayan masih mengandalkan mesin tempel berbahan bakar fosil untuk menggerakkan perahu. Kondisi ini tidak hanya menimbulkan beban biaya operasional yang tinggi, tetapi juga berkontribusi pada emisi karbon.
Menjawab tantangan ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan baterai Nikel Mangan Kobalt (NMC) sebagai sumber energi alternatif untuk perahu nelayan. Baterai ini dilengkapi GPS dan SCADA untuk pemantauan posisi perahu dan status kesehatan baterai secara real time.
Plt. Kepala Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar (PRTPS) BRIN, Himma Firdaus mengungkapkan, baterai untuk penggerak perahu nelayan ini menggunakan baterai jenis NMC 72V dengan arus 55Ah sebagai sumber energi.
Baterai jenis ini memiliki densitas energi yang lebih tinggi dibandingkan baterai lain dan ketersediaan di lapangan lebih banyak. Meskipun, dari aspek keselamatan lebih berisiko dibandingkan baterai lithium ferro phosphate (LFP).
BRIN bekerja sama dengan industri lokal, yakni PT Teknologi Sirkular Biru (TSB) dalam mengembangkan baterai penggerak perahu nelayan tersebut melalui skema paten bersama. Invensi ini telah terdaftar sebagai paten penggerak perahu nelayan berbasis motor listrik dengan sumber energi baterai NMC dilengkapi GPS dan SCADA dengan nomor paten P00202413647.
“Prosesnya antara lain kami melakukan pengukuran karakterisasi sel terlebih dahulu sehingga diperoleh konfigurasi sel yang paling tepat. Setelah dirakit, disematkan battery management system (BMS) di dalamnya dan dilakukan pengujian di laboratorium pengujian baterai yang ada di BRIN,” terang Himma dikutip dari laman brin.go.id pada Senin (7/7/2025).
“Pada tahun 2024, kami sudah membuat paten bersama dengan PT TSB. Saat ini, kami sedang proses lisensi dan pengujian kinerja serta aplikasi di lapangan,” tambahnya.
Tingkatkan Keamanan
Himma Firdaus menyampaikan bahwa penggunaan baterai di wilayah perairan atau laut dinilai lebih berisiko. Hal ini disebabkan potensi korosi dan rembesan air laut yang dapat membahayakan keselamatan nelayan.
Para periset PRTPS BRIN sedang mengembangkan sistem untuk meningkatkan faktor keamanan dan keselamatan pada baterai NMC tersebut. Upaya yang dilakukan antara lain dengan penambahan fitur pembatas suhu, pengontrol daya dan arus, serta sistem pengaman untuk mencegah overheating dan overcharge yang berisiko menimbulkan kebakaran.
“Kami berupaya melakukan riset lebih dalam terkait aspek keselamatan baterai itu sendiri. Beberapa kajian terkait aspek safety, mulai dari pengaruh efek lingkungan seperti vibrasi hingga masalah suhu lingkungan,” beber Himma.
Fitur keamanan berbasis BMS merupakan keunggulan lain dari teknologi baterai ini untuk menjaga suhu tetap aman, serta penggunaan bracket untuk pemasangan motor listrik direct current (DC) di dinding kapal. Kombinasi ini menggantikan mesin piston berbahan bakar fosil dengan sistem ramah lingkungan.
Inovasi baterai penggerak perahu nelayan ini dilengkapi dengan alat global positioning system (GPS) dan supervisory control and data acquisition (SCADA) yang memungkinkan pemantauan posisi perahu dan status kesehatan baterai secara real time melalui jaringan seluler. Sehingga, meningkatkan efisiensi dan kontrol sistem secara keseluruhan.
“Baterai yang kami kembangkan ini memiliki fitur yang bisa kami kontrol dan pantau dari jarak jauh, karena sudah disematkan GPS dan SCADA,” jelas Himma.
Baterai NMC mampu menggerakkan perahu dengan kapasitas dua hingga lima gross tonnage (GT). Dengan harapan, mampu memberikan solusi penggerak perahu yang lebih efisien dan andal sesuai spesifikasi standar.
Empat unit baterai berkapasitas 55Ah dengan berat masing-masing 18 kilogram dapat digunakan secara paralel untuk mendukung kebutuhan daya perahu tersebut.
Himma menyebut bahwa penggunaan baterai ini berpotensi menghemat pengeluaran nelayan untuk pembelian BBM hingga 90 persen. Sekaligus, berkontribusi mengurangi emisi karbon.
Dia menekankan tantangan yang dihadapi dalam pengembangan teknologi ini adalah tingginya biaya investasi awal. Karena itu, diperlukan dukungan pemerintah untuk mendukung implementasi dan keberlanjutan riset ini.
Dilengkapi GPS dan SCADA, BRIN Kembangkan Baterai NMC Penggerak Perahu Nelayan
