AIPI dan ALMI Kenalkan Kaukus Ilmu Pengetahuan

Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) bekerjasama dengan Knowledge Sector Initiative (KSI) menggelar diskusi “Sains untuk Semua” untuk memperkenalkan “Kaukus Ilmu Pengetahuan”. Gerakan ini diharapkan dapat mendorong penguasaan ilmu pengetahuan sebagai teknologi, budaya, dan cara berpikir untuk mengantar Indonesia menjadi negara maju dan bermartabat.

“Diskusi ini menitikberatkan pada peran penting sains dan kontribusi komponen masyarakat dalam mengedepankan sains dalam berbagai proses kebijakan yang menyangkut masa depan bangsa,” ungkap Robin Bush, Project Leader KSI saat membuka diskusi di Jakarta, Jumat (18/12)

Dalam kesempatan itu, Robin menjelasakan peran KSI yang merupakan komitmen bersama pemerintah Indonesia dan Australia yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan rakyat Indonesia melalui penerapan kebijakan publik yang lebih berkualitas serta menggunakan penelitian, analisis, dan bukti secara lebih baik.

Sekretaris Jenderal AIPI, Budhi M. Suyitno mengatakan AIPI bersama KSI menginisiasi “Sains untuk Semua“ dengan dua alasan utama yang sebenarnya terjadi pada semua negara.” Pertama ada gap antara komunitas saintifik dan para profesional dengan publik. Mereka sudah nyaman di zona masing-masing. Kedua, ada gap antara guru dengan kemajuan iptek. Guru kurang atau tidak ada kesempatan untuk mengupgrade dirinya terhadap kemajuan iptek,” lanjutnya.

Kedua hal ini, lanjut Budhi, menjadi perhatian AIPI dan KSI untuk mencari solusi yang benar hingga bisa mengatasi hal ini. “Ke depan kita ingin ada metoda pedagogik serta nilai yang sejak awal ditanamkan pada anak. Sehingga pada saat masuk universitas, mereka akan memilih kembali sains dan teknologi. Jika tidak, mereka akan memilih hal-hal lain seperti menjadi artis, olahragawan, anggota dewan, dan lain-lain,” kata Budhi.

Menurut Roby Muhammad, anggota ALMI Bidang Sains dan Sosilogi, iptek di mata publik dan pemerintah dianggap sebagai salah satu pendorong ekonomi. Tapi, jika mau diperlakukan secara serius, sains dan iptek tidak hanya dilihat dari sisi pragmatis, tetapi dilihat dari budaya dan mainset.

“Bagaimana kita bisa mengembangkan sains kalau orangnya tidak tahu apa itu dan kenapa kita perlu sains. Kenapa kebijakan perlu pengetahuan, bukan berdasarkan intuisi dan pengalaman pribadi si pemimpin,” kata Roby yang berperan sebagai moderator diskusi.

AIPI dibentuk sebagai badan independen untuk memberikan pendapat, saran, dan nasehat kepada pemerintah dan masyarakat pada akuisisi, pengembangan, serta penerapan iptek. Sementara ALMI dibentuk untuk memberdayakan ilmuwan muda untuk memajukan iptek di Indonesia.

Diskusi ini menjadi ajang memperkenalkan Kaukus Ilmu Pengetahuan sebagai kelompok pendorong untuk memetakan, memantau dan mendorong implementasi hasil penelitian atau budaya ilmiah dalam berbagai bidang. Rencana pembangunan, peraturan, produk media, dan kegiatan ekonomi berprespektif sains akan memiliki dasar kuat, dapat menjawab problem terkini, dan mengantisipasi masalah di depan.

Diskusi “Sains untuk Semua” menghadirkan narasumber seperti Muhamad Dimyati (Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti), Budiman Sudjatmiko (Anggota Komisi II DPR RI), Wahyu Dhyatmika (Redaktur Pelaksana Majalah TEMPO), serta Irwan Julianto (mantan wartawan senior harian Kompas).

 

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author