Pendekatan Reka Ruang untuk Membangun Koneksi Kota dan Penduduknya

Technology-Indonesia.comPlacemaking atau reka ruang merupakan sebuah pendekatan berbasis tempat yang ingin mendorong perencana ruang agar memusatkan perhatian pembangunan kota pada manusia.

Hal itu disampaikan Akino Tahir dari Resilience Development Iniative (RDI) dalam diskusi Urban Lecture Series #29 Uprooted: placemaking and inclusive cities yang digelar secara daring Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Kependudukan (PRK) pada Kamis (29/09/2023).

Bersama dengan timnya, Akino mencoba melakukan studi bagaimana interaksi sosial para pengungsi dengan warga lokal serta dengan fasilitas-fasilitas publik kota. Dia menyebut aksi risetnya dengan Creative Placemaking Project.

Akino menceritakan pengalamannya dalam mengamati berbagai lokasi pengungsi yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Sebagai contoh, di Kota Makassar, para pengungsi dapat menempati akomodasi-akomodasi yang diberikan oleh organisasi internasional bekerja sama dengan pemerintah setempat. Walau, menurutnya berbagai fasilitas pada akomodasi tersebut masih dalam taraf seadanya.

Tujuan dari kegiatan tersebut, menurutnya adalah untuk menciptakan resiliensi bagi para pengungsi dengan cara berbaur dengan masyarakat lokal, mempelajari bahasa dan budaya lokal, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan keahlian para pengungsi agar dapat mandiri dalam hal ekonomi.

“Di sisi lain interaksi tersebut juga dapat membuka sudut pandang dan wawasan yang luas masyarakat lokal akan para pengungsi,” tuturnya.

Akino menjabarkan bahwa terdapat dua terminologi jika berbicara mengenai pengungsi. Pertama adalah refugees, yaitu orang-orang yang mengungsi dengan melewati batas negara dengan elemen mencari suaka karena suatu hal di negara asalnya.

“Kedua adalah Internally Displaced Persons (IDPs) yaitu orang yang mengungsi tapi tidak melintasi batas negara dimana tidak ada elemen suaka namun mereka juga tetap memiliki tujuan untuk menghindari suatu hal, entah konflik atau bencana dan alasan lainnya,” jabarnya.

Lebih lanjut, Akino memberikan data dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) bahwa sebanyak 12.704 orang terdaftar sebagai pengungsi di Indonesia dengan jumlah paling banyak berasal dari Afghanistan, sebesar 6.663 orang.

“Kita perlu memberi apresiasi karena saat ini Indonesia sudah tidak memasukkan pengungsi ke dalam detensi lagi, kecuali bagi yang melanggar hukum yang berlaku,” ucapnya.

Dengan pendekatan placemaking, disebutnya kita dapat mempengaruhi manusia agar memaknai sebuah tempat. Ruang tersebut menjadi bermakna karena adanya koneksi yang dirasakan oleh antar manusia yang juga menggunakan ruang yang sama.

“Koneksi tersebutlah yang menurut saya, bisa membuka ruang-ruang alternatif untuk mereka memenuhi hal-hal yang tidak bisa mereka penuhi karena adanya ekslusi sosial, khususnya bagi para pengungsi,” ujarnya

Peneliti PRK BRIN, Galuh Indraprahasta mengatakan, ruang (space) dan tempat (place) memiliki berbagai peran penting dalam kehidupan penduduk kota.

“Memaknai definisi perencanaan dalam konteks ruang kota dapat disebut sebagai adanya intervensi untuk kepentingan publik, namun kita perlu mendefinisikan siapa saja yang dimaksud dengan publik, apakah pengungsi termasuk di dalamnya, karena dapat beragam dalam memaknainya,” katanya.

Dijelaskan pula olehnya bahwa berbagai kota besar di dunia memiliki rasio jumlah penduduk cukup signifikan yang masuk dalam kategori foreign born, yaitu anak yang lahir dari orang tua berkewarganegaraan asing.

Di antaranya New york sebesar 37%, Sydney 39%, bahkan dengan berkembangnya daerah Timur Tengah melalui kota-kota seperti Dubai, Qatar, dan Abu Dhabi, tercatat ada sekitar 83% sebagai foreign born.

Menurutnya, terdapat lebih dari 12.000 pengungsi dan para pencari suaka tinggal di Indonesia. Kurangnya peraturan yang jelas membuat setiap kota di Indonesia memiliki respon yang berbeda terhadap persoalan pengungsi, sehingga ketersediaan dan akses pada layanan dasar bagi pengungsi sangat terbatas dan bergantung pada kebijakan pemimpin kota. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author