Cipanas, 23/2 – Masih berkeliaran sekitar 600 macan tutul (Panthera pardus) di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP) yang luas totalnya 22.851 hektare terbentang di tiga kabupaten, Bogor, Sukabumi dan Cianjur.
Kepala Balai Besar TNGGP Kementerian Kehutanan, Agus Wahyudi mengatakan, satu dekade lalu pihaknya masih mengira jumlah spesies macan tutul yang hampir punah ini di kisaran puluhan.
“Namun sejak beberapa tahun lalu kami bekerja sama dengan Conservation Internasional (CI) memasang sejumlah camera trap di beberapa lokasi untuk memonitor status populasinya. Dengan cara ini kami mengetahui setidaknya ada 600 individu macan tutul yang hidup di sini,” katanya.
Kalau selama ini kucing besar tersebut tidak pernah terlihat masyarakat sekitar Cagar Biosfer itu, menurut dia, karena satwa-satwa tersebut tidak pernah merasa terganggu dan terusir dari habitatnya, sebaliknya merasa nyaman.
Ia berharap para pencinta alam yang sering menjadikan TNGGP sebagai arena pendakian tidak perlu takut, juga masyarakat sekitar TNGGP.
“Itulah mengapa di sana ada zona-zona khusus yang dilarang untuk pendakian karena merupakan lintasan satwa, ini jangan dilanggar,” kata Agus Wahyudi sambil mengungkapkan bahwa TNGGP akan berulang tahun bulan depan.
Selain macan tutul di TNGGP juga ada lima jenis primata dilindungi yakni Owa Jawa (Hylobates moloch), sejenis “kera ganteng”, Surili (Presbytis comata), lutung jawa, monyet ekor panjang dan kukang yang terpelihara dengan baik serta 105 jenis mamalia lain.
Selain itu, ada pula 250 jenis burung, 75 jenis reptilia, 20 jenis amfibi, dan 300 jenis serangga. Sedangkan potensi flora, sebanyak 10 spesies merupakan flora dilindungi dan flora endemik 43 spesies.
Taman nasional di Cibodas yang juga menjadi Cagar Biosfer itu, ujar dia, memiliki potensi biomassa untuk pohon berdiameter 10cm ke atas sebesar 551,12 ton per ha.
“Ini menunjukkan potensi kandungan karbon TNGGP sebesar 275,56 ton per ha dan tingginya konservasi karbon di TNGGP yaitu 1.010,38 ton setara CO2 per ha,” katanya.
Kontribusi terbesar konservasi karbon ada pada jenis pohon Saninten (Castanopis argantea) dan rasamala (Altingia excelsa) yang masing-masing memberi kontribusi persentase kandungan karbon sebesar 25,5 persen dan 19,8 persen. (dew)