Empat Peneliti LIPI Dikukuhkan sebagai Profesor Riset

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kembali mengukuhkan empat penelitinya sebagai Profesor Riset pada Orasi Pengukuhan Profesor Riset LIPI, Kamis (27/8/2020) di Jakarta. Profesor Riset yang dilantik adalah Profesor Riset ke-143, 144, 145, dan 146 di lingkungan LIPI dan Profesor Riset ke-556, 557, 558, 559 dari 8.709 peneliti Indonesia.

Empat peneliti tersebut adalah Goib Wiranto dari Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi, Ahmad Najib Burhani dari Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya, Cahyo Pamungkas dari Pusat Penelitian Kewilayahan, dan Dwi Susilaningsih dari Pusat Penelitian Bioteknologi. Masing-masing berasal dari bidang kepakaran Elektronika, Agama dan Tradisi Keagamaan, Sosiologi Umum, dan Bioproses.

Goib Wiranto dalam orasi pengukuhan profesor risetnya yang berjudul “Pengembangan Sensor Berbasis Teknologi Mikroelektronika untuk Pemantauan Pencemaran Lingkungan” menjelaskan perkembangan teknologi fabrikasi sensor pencemaran lingkungan berbasis teknologi thick-film, thin-film dan micromachining/MEMs.

“Teknologi micromachining dan thin-film bisa dimanfaatkan untuk fabrikasi sensor gas, serta teknologi thick-film dimanfaatkan untuk fabrikasi sensor kualitas air,” ujar Goib. Ia menambahkan pemanfaatan teknologi sensor berpotensi digunakan khususnya untuk bidang lingkungan, pertanian dan perikanan.

Dalam orasi berjudul “Agama, Kultur (In)Toleransi, dan Dilema Minoritas di Indonesia” Ahmad Najib Burhani memaparkan empat rekomendasi untuk mengatasi problematika dan dilema minoritas di Indonesia. Pertama, penekanan dan pendekatan Hak Asasi Manusia. Selanjutnya, penekanan tentang adanya kewarganegaraan yang setara (non-differentiated citizenship) tanpa dibedakan berdasarkan agama atau etnis.

Juga pendekatan teologis atau keagamaan serta pendidikan perdamaian dan pemberlakukan kebijakan non-diskriminatif. “Prinsip ini akan menolak kategori-kategori kewarganegaraan yang berangkat dari tradisi keagamaan yang lama seperti konsep dzimmi atau kelompok terlindungi dan kafir,” paparnya.

Membahas tentang konflik sosial, Cahyo Pamungkas dalam “Rekonstruksi Pendekatan dalam Kajian Konflik di Asia Tenggara: Kasus Indonesia, Filipina, Thailand, dan Myanmar” menyebutkan bahwa pendekatan yang memandang bahwa identitas etnis dan agama merupakan sumber utama dari intoleransi, radikalisme dan konflik sosial perlu direkonstruksi kembali.

“Pendekatan dalam kajian konflik perlu melihat dan memusatkan perhatiannya pada ekosistem konflik termasuk relasi dominasi dalam sistem sosial, ekonomi, dan politik yang mengakibatkan deprivasi relative,” jelas Cahyo.

Orasi Profesor Riset Dwi Susilaningsih berjudul “Energi Masa Depan Generasi Tiga Berbasis Mikroba Fotosintetik dan Mikroalga” memaparkan jumlah kebutuhan yang meningkat dan laju jumlah penduduk yang tinggi di Indonesia menuntut adanya alternatif energi yang baru, terbarukan, dapat berdaur ulang cepat, dan ramah lingkungan

“Biofuel dari generasi tiga sangat berpotensi dikembangkan sebagai energi baru terbarukan di Indonesia karena ketersediaan sumber daya genetik yang melimpah, perairan yang luas, cahaya matahari sepanjang tahun dan fluktuasi suhu yang rendah antara siang dan malam,” terang Dwi.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author