Jakarta, Technology-Indonesia.com – Indonesia memiliki sumber daya mineral melimpah yang menjadi komoditas ekspor andalan seperti emas, tembaga, platina, nikel, timah, batubara, dan migas. Sebenarnya ada sektor pertambangan bernilai ekonomi tinggi yang belum digarap dengan baik yaitu Logam Tanah Jarang dan Aspal Buton (Asbuton).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui Kementerian Sekretariat Negara pada September 2022 secara tegas menyatakan akan menghentikan impor aspal. Hal ini karena potensi aspal yang ada di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara dinilai sangat besar namun kegiatan produksinya tidak berjalan.
Presiden Jokowi pun meminta jajarannya agar pengolahan aspal harus dikerjakan oleh Kabupaten Buton melalui berbagai skema kerja sama baik dari BUMN maupun pihak swasta. Ia berharap potensi besar tersebut dapat segera direalisasikan agar bermanfaat bagi masyarakat dan Kabupaten Buton dapat hidup kembali sebagai industri penghasil aspal.
Melansir dari laman brin.go.id, Kepala Pusat Riset Teknologi Pertambangan (PRTPB) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Anggoro Tri Mursito mengatakan program kegiatan yang rencananya akan dilakukan di IKN (Ibu Kota Negara) salah satunya merupakan pengolahan Aspal Buton yang pemanfaatannya akan digunakan untuk pembangunan kontruksi wilayah dan sebagainya.
“Logam tanah Jarang saat ini juga sangat dibutuhkan untuk pembangunan industri energi seperti industri baterai, elektronik dan sebagainya,” kata Anggoro dalam Ngopi Minerba (Ngobrol Bareng Periset dan Batubara) Edisi Rabu (11/01/2022) yang digelar PRTPB BRIN.
Dalam diskusi yang mengusung tema tentang Logam Tanah Jarang dan Aspal Buton, Periset Pusat Riset teknologi Pertambangan Adhika Junara Karunianto memaparkan prospek Logam Tanah Jarang (LTJ) di Pulau Singkep.
Pulau Singkep merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam tiga besar penghasil timah terbesar di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian ternyata di daerah tersebut mengandung unsur logam tanah jarang.
“Daerah potensial logam tanah jarang berdasarkan eksplorasi regional di daerah Singkep adalah eksplorasi daerah granit muncung termasuk bekas galian timahnya dan pelapukan granit muncung yang merupakan zona lateritic,” sambungnya.
Pada kesempatan yang sama Periset Pusat Riset teknologi Pertambangan Agus Miswanto meyampaikan bahwa kebutuhan aspal kita itu 1,2 juta ton pertahun yang dihasilkan dari 22% aspal minyak produksi Pertamina, 1,74% Asbuton dan kekurangannya sebesar 77,39% dari impor.
“Sumber daya Asbuton saat ini sangat besar yaitu sebesar 792,5 juta ton dan cadangannya sebesar 182,62 juta ton, namun saai ini produksi Asbuton masih sangat rendah yaitu hanya 43.128 ton pertahun,” ujarnya.
Agus berharap dengan adanya larangan impor aspal dari pemerintah maka produksi Asbuton dapat meningkat, mengingat sumber daya Asbuton saat ini sangat melimpah.