TechnologyIndonesia.id – Kebun Raya Cibodas membuka kembali rumah kaca Nepenthes (kantong semar) sebagai wahana edukasi untuk masyarakat umum pada Kamis (19/12/2024). Rumah Kaca yang berfokus pada konservasi Nepenthes dataran tinggi ini memiliki 80 jenis Nepenthes (180 individu) yang terbagi menjadi beberapa kelompok.
Kelompok Nepenthes tersebut berasal dari Sumatra (30 jenis), Jawa (2 jenis), Kalimantan (8 jenis), Sulawesi (8 jenis), Papua (2 jenis), dari luar Indonesia (15 jenis), dan hibrida (15 jenis). Selain Nepenthes, terdapat juga 7 marga tumbuhan karnivora lainnya, seperti Cephalotus, Sarracenia, Dionaea, Utricularia, Pinguicula, Drosera, dan Heliamphora.
Rumah kaca Nepenthes pertama kali diresmikan bertepatan dengan perayaan ulang tahun ke-162 Kebun Raya Cibodas pada 11 April 2014. Rumah kaca ini dibangun karena tanaman tersebut memiliki nilai konservasi yang sangat tinggi.
Sebanyak 37% tanaman Nepenthes yang ada di dunia merupakan jenis yang terancam punah dengan sebaran yang sangat terbatas, seperti hutan sekunder, hutan rawa, dan hutan kerangas sehingga keberadaannya harus dilestarikan.
Keberadaan Rumah Kaca Nepenthes memiliki keterwakilan jenis kantong semar dataran tinggi yang ada di Indonesia dan menjamin kelestarian kantong semar melalui berbagai upaya perbanyakan dan penelitian di Kebun Raya Cibodas. Rumah Kaca Nepenthes mulai dirintis sejak 2009 yang bekerjasama dengan Komunitas Tanaman Karnivora Indonesia (KTKI).
Rumah Kaca Nepenthes saat ini terlihat berbeda dari sebelumnya, karena tanaman Nepenthes yang ditanam adalah jenis yang adaptif dengan micro climate di dalam rumah kaca. Selain itu ditambahkan infrastruktur pendukung pemeliharaan Nepenthes yang memadai seperti sistem penyiraman dengan mesin RO (Reverse Osmosis) dengan misting sprayer dan dripping.
Penambahan instalasi lampu menggunakan jenis lampu grow light yang aman untuk tumbuhan. Selain itu dibuat papan informasi tentang keunikan dari jenis-jenis Nepenthes yang ada di dalam rumah kaca tersebut. Dengan peningkatan tersebut, diharapkan Nepenthes tetap terjaga dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Menurut data IUCN Red List, terdapat 27 jenis kantong semar yang terancam punah, 4 di antaranya merupakan jenis dengan status konservasi Critically Endengered (CR; kritis) dan 4 lainnya berstatus Endengered (EN; terancam).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya, dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, tumbuhan Nepenthes termasuk tumbuhan yang harus dilindungi keberadaanya.
Mewakili Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi, R. Hendrian menyampaikan seberapa kuat aspek konservasi yang diselenggarakan di suatu kebun raya paling tidak dapat terlihat dari beberapa hal.
Pertama, seberapa banyak jenis-jenis tumbuhan koleksinya yang memiliki nilai konservasi tinggi (tergolong threatened, endemic, jenis-jenis yang dilindungi, memiliki nilai ilmu pengetahuan tinggi, dan lain-lain). Kedua, bagaimana keterpeliharaan material tumbuhan koleksi dan keterkelolaan data tumbuhan koleksinya.
Ketiga, bagaimana pemanfaatan dari jenis-jenis koleksi tumbuhan tersebut, baik untuk tujuan edukasi, untuk program pemulihan jenis, untuk penelitian dan pengembangannya lebih lanjut, dan sebagainya.
Menurut Hendrian, revitalisasi rumah kaca Nepenthes adalah upaya untuk lebih meningkatkan kualitas pemeliharaan tumbuhan Nepenthes yang ada di kebun raya, sekaligus menjadikannya sebagai wahana edukasi yang menarik bagi pengunjung.
“Dan apabila jenis-jenis yang di-display dalam rumah kaca tersebut merupakan koleksi kebun raya (memenuhi kriteria untuk dapat di claim sebagai koleksi), maka tentu ini merupakan langkah yang sangat baik untuk mendukung upaya konservasi pada taksa tersebut,” ungkapnya.
Hendrian juga mengatakan jika aktivitas konservasi tidak boleh hanya berhenti pada fase penyelamatan, pengkoleksian dan display semata, tapi juga harus diikuti dengan penelitian dan pemanfaatannya secara berkelanjutan.
Hendrian berharap ke depan akan banyak lagi peneliti-peneliti yang berfokus pada taksa-taksa tertentu (termasuk Nepenthes) untuk kian memperkuat upaya konservasi tumbuhan di Indonesia.
“Saya juga berharap kita bersama-sama dapat kian menyeimbangkan lima tugas dan fungsi kebun raya secara proporsional sehingga kualitasnya menjadi lebih baik lagi. Tidak lupa, apresiasi saya sampaikan kepada Mitra Natura Raya untuk revitalisasi yang telah dilakukan,” tutup Hendrian.
Direktur Pengelolaan Koleksi Ilmiah BRIN, Ratih Damayanti sangat bahagia atas revitalisasi rumah kaca Nepenthes yang khusus untuk menampung 80 jenis kantong semar yang ada di Indonesia.
“Tentu ini adalah kemajuan yang sangat luar biasa karena jenis-jenis yang ada di sini sebagian besar dilindungi, dan kita juga bisa memberikan pelajaran dan pengajaran kepada generasi muda bahwa ada jenis atau famili tanaman yang memiliki peran sangat besar terhadap ekosistemnya,” ujar Ratih.
Ratih juga menyampaikan jika rumah kaca Nepenthes yang ada di Cibodas ini dapat memfasilitasi siswa-siswi dan para periset yang ingin belajar serta melakukan penelitian terkait Nepenthes.
“Dari sisi konservasinya rumah kaca ini memiliki peran konservasi yang sangat kuat, karena ada beberapa jenis Nepenthes yang sudah hampir terancam punah. Ke depannya BRIN Bersama MNR akan berkolaborasi untuk melakukan pendataan jenis Nepenthes yang akan dijadikan koleksi,” terangnya.
Ia menambahkan, 80 jenis Nepenthes yang ada di sana memiliki karakter dan keunikan masing-masing serta memiliki manfaat yang berbeda-beda.
“Untuk itu ke depannya kita akan menyusun panduan atau buku katalog terkait karakter unik dari masing-masing jenis Nepenthes tersebut sehingga dapat memberikan edukasi bagi siswa siswi maupun masyarakat luas tentang tanaman Nepenthes, serta memasukkan unsur lima tusi kebun raya di dalamnya,” pungkas Ratih.
Pada kesempatan yang sama, General Manager Kebun Raya Cibodas, Joko Sulistio mengatakan pembukaan kembali rumah kaca Nepenthes ini untuk menarik pengunjung. Saat ini rumah kaca tersebut juga memiliki lebih banyak jenis Nepenthes, sehingga dapat menambah wawasan pengunjung mengenai tumbuhan pemakan serangga. (Sumber brin.go.id)