Riset Pemanfaatan Fly Ash pada Bawang Merah di Lahan Gambut dan Dataran Tinggi

Technology-Indonesia.com – Tim periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengkaji potensi fly ash sebagai bahan amelioran untuk keberlanjutan sistem produksi komoditas strategis bawang merah pada lahan gambut dan lahan kering dataran tinggi.

Lahan gambut, dengan segala keunikannya, seringkali dianggap sulit untuk lahan budidaya karena tingkat kesuburan yang rendah dan sifat fisik yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman.

Demikian juga halnya di dataran tinggi, meskipun sering dianggap sebagai lahan subur namun ketergantungan terhadap pupuk kandang sangat tinggi untuk dapat berproduksi optimal.

Permasalahan lain, cuaca di dataran tinggi yang tidak menguntungkan seperti curah hujan dan kelembaban tinggi serta berkabut, berakibat tingginya serangan hama dan penyakit. Kondisi ini merupakan kendala dalam mewujudkan keberlanjutan produksi, terutama untuk komoditas strategis bawang merah.

Dihadapkan pada permasalahan tersebut, serta tuntutan peningkatan produktivitas dan keberlanjutan sistem produksi yang efisien dan modern, tim periset Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan (PRHP), Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN mengkaji potensi fly ash sebagai bahan amelioran untuk produksi komoditas bawang merah pada lahan gambut dan lahan kering dataran tinggi.

Untuk lahan gambut dimulai tahun 2023, sedangkan di lahan kering dataran tinggi telah diterapkan sejak tahun 2019.

Fly ash sebagai bahan amelioran anorganik berpeluang dapat digunakan baik pada dataran tinggi maupun lahan gambut. Disamping itu, pada dataran tinggi fly ash juga dapat dijadikan sebagai pensubstitusi pupuk kandang karena mengandung silika yang tinggi (40-60%).

Silika dapat berfungsi untuk meningkatkan ketersediaan P dalam tanah, sekaligus meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Fly ash juga memiliki kandungan hara yang lengkap kecuali hara N dan karbon.

Fly ash mengandung Al dan Fe sebagai sumber kation polivalen yang dapat mengikat asam fenolat pada lahan gambut sehingga tidak meracuni tanaman, serta mengurangi kebutuhan bahan amelioran lainnya.

“Kegiatan riset ini tidak hanya melingkupi peningkatan kualitas tanah, tetapi juga mengubah pandangan terhadap lahan gambut sebagai sumber daya yang kurang produktif,” ujar Araz Meilin selaku Ketua Kelompok Riset (Kelris) Inovasi Teknologi Pengendalian OPT dan Pengelolaan Lahan Hortikultura dan Perkebunan Spesifik Lokasi di PRHP BRIN.

“Fly ash membantu merestorasi keseimbangan lingkungan dan mengubah lahan yang sebelumnya dianggap sulit menjadi aset berharga dalam pertanian berkelanjutan,” terang Araz yang juga Peneliti Ahli Madya PRHP ORPP BRIN.

Ismon L. sebagai anggota peneliti menambahkan, kegiatan riset ini juga mencari terobosan dan penciptaan varietas yang cocok untuk dikembangkan pada lahan gambut dan lahan kering dataran tinggi.

“Calon varietas Lenggogeni diuji keunggulannya dengan membandingkan dengan varietas unggul yang sudah dilepas untuk pada kedua typologi lahan,” tuturnya.

“Adanya varietas yang unggul dilengkapi dengan sistem pengelolaan lahan yang tepat, akan menjamin keberlanjutan sistem produksi bawang merah pada lahan gambut dan lahan kering dataran tinggi,” pungkas Ismon Peneliti Ahli Madya di Pusat Riset yang sama dengan Araz.

Diharapkan melalui kegiatan riset ini tidak saja sebagai transformasi agen perubahan dalam pertanian lokal, tetapi juga pionir dalam menerapkan sistem budidaya berkelanjutan.

Optimalisasi pemanfaatan fly ash, berpotensi mengurangi jejak lingkungan dari limbah industri dan sekaligus menciptakan lahan pertanian yang lebih produktif dan ramah lingkungan.

Pertanian berkelanjutan melalui pemanfaatan fly ash untuk budidaya bawang merah di lahan gambut dan dataran tinggi, bukan hanya tentang hasil panen yang melimpah, tetapi juga tentang membentuk kembali hubungan antara manusia dan tanah.

Diharapkan transformasi ini menjadi pilot project inspiratif bagi komunitas pertanian, khususnya di lahan gambut yang menunjukkan bahwa dengan inovasi dan komitmen, kita dapat mengubah tantangan menjadi peluang untuk menciptakan pertanian yang lebih berkelanjutan. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author