Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia. Sampai saat ini pengobatan kanker masih berkelanjutan untuk mencapai hasil yang signifikan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mencari senyawa aktif tanaman untuk mensintesis turunannya yang berpotensi sebagai antikanker melalui proses modifikasi senyawa kimia dan juga melalui pendekatan molekular docking.
Molecular docking merupakan salah satu penelitian yang penting sebelum kita melakukan riset, sebagai arahan apakah penelitian akan berjalan dengan baik dan untuk menentukan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Kepala Pusat Riset Bahan Obat dan Obat Tradisional (PR-BBOOT) Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sofa Fajriah menyampaikan hal tersebut saat membuka Webinar Bincang Riset Seri 3 pada Rabu (17/5/2023).
“Semoga acara webinar series kali ini dapat memberikan pandangan dan arahan terkait molekular docking, sintesis serta pengujian aktivitasnya senyawanya, khususnya yang ada di PRBOOT BRIN,” ujarnya.
Faris Hermawan yang merupakan Postdoctoral Kelompok Riset Kimia Medisinal PRBBOOT BRIN menjelaskan molecular docking adalah salah satu metode komputasi kimia yang dapat memprediksi struktur antara protein dan ligan karena adanya interaksi keduanya.
Diantaranya adalah ikatan hidrogen, pi-sulfur, pi-sigma, pi-pi, alkyl dan pi-kation. Untuk mengetahui aktivitas penghambat yang paling optimal, dilakukan dengan cara memodifikasi struktur dari suatu ligan berdasarkan interaksi yang terbentuk.
Secara garis besar, prosedur yang digunakan dalam molecular docking adalah memilih receptor yang akan digunakan, lalu dipreparasi untuk memisahkan ligan di dalam receptor. Preparasi digunakan untuk mengoptimasi geomatris struktur yang selanjutnya ditambatkan dengan protein sehingga didapatkan prediksi hasil. Hasilnya adalah interaksi residu, tipe interaksi dan binding energy atau energi ikat.
Setelah dilakukan proses redocking lalu dioptimasi melalui preparasi senyawa tioxanton, selanjutnya dilakukan docking dan didapatkan analisis hasil docking. Berdasarkan penelitian ini senyawa yang memiliki Indeks Selektivitas yang tinggi adalah 1,3-dihidroksitioxanton (TX3) dan memiliki potensi sebagai kandidat antikanker baru yang bisa dikaji untuk penelitian selanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Galuh Widiyarti, Peneliti Ahli Madya PRBOOT BRIN, memaparkan penelitiannya dengan topik “Kajian Awal Ester Turunan Minyak Sereh Sebagai Kandidat Bahan Baku Obat Antikanker dan Antimikroba”.
Tanaman sereh merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia dimana Indonesia merupakan eksportir ketiga di dunia. Tanaman sereh mengandung senyawa sitronelol dan geraniol yang mempunyai beberapa aktivitas sebagai anti bakteri, anti jamur, anti parasit dan sitotoksik terhadap beberapa sel kanker.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh senyawa aktif turunan minyak sereh sebagai kandidat bahan baku obat antikanker. Sedangkan manfaat dari kegiatan riset ini adalah meningkatkan nilai tambah minyak sereh sebagai salah satu komoditi utama Indonesia, juga sebagai kandidat bahan baku obat antikanker dan antibiotik untuk memecahkan resistensi antibiotik.
“Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemandirian Indonesia dalam menghasilkan bahan baku obat yang berasal dari tanaman obat untuk mendukung pengembangan industri farmasi Indonesia dan membuka peluang kerjasama dengan industri atsiri dan farmasi,” jelas Galuh.
Metode kegiatan riset ini adalah membuat turunan senyawa ester yaitu ester sitronelol dan geraniol lalu dilakukan docking terhadap Pim1 kinase dengan MVD dan docking 6frb dengan AutoDock 4.2. Apabila rerank skor docking lebih rendah dari senyawa ester sitronelol dan geraniol maka akan disintesis lebih lanjut.
Lebih lanjut Galuh menjelaskan dari hasil tersebut, sintesis ester yaitu esterifikasi sitronelol dan geraniol dengan memanfaatkan kandungan asam karboksilat yang terkandung dalam minyak sawit, dilakukan pemurnian, diidentifikasi dan dilakukan uji toksisitas menggunakan BSLT dan uji sitotoksisitas secara in vitro terhadap sel kanker MCF7 (alamar blue) dan sel vero (MTT).
Beberapa hasil dari penelitian ini adalah ester sitronelol dan geraniol hasil sintesis sitotoksik terhadap sel kanker murine leukimia P388, senyawa ester alifatik (ester sitronelol baru) mempunyai potensi sebagai senyawa antikanker dan analisis sifat ADME dan drug likeness berpotensi sebagai kandidat obat.
Kajian in siliko menggunakan program AutoDock 4.2 menunjukkan bahwa ester (CIB dan GIB) berpotensi sebagai antimikroba. Hasil uji in vitro menunjukkan bahwa kedua senyawa ester tersebut lebih kuat aktivitas anti mikrobanya dibandingkan senyawa asam sehingga kedua senyawa ester tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi senyawa antibiotik.
“Hasil kajian ini memberikan harapan baru untuk memperoleh bahan baku obat kandidat antikanker payudara dan antibiotik dari turunan minyak sereh untuk membantu memecahkan masalah resistensi antibiotik. Lebih lanjut kajian ini harus dikembangkan karena memerlukan banyak sekali penelitian untuk mendukung hasil kajian tersebut,” pungkas Galuh. (Sumber brin.go.id)