BPPT Gelar Pelatihan Teknologi ex Vitro Pengembangan Bibit Jati

alt
Pembukaan Pelatihan Teknologi Kultur ex Vitro untuk Pengembangan Bibit Jati di Bojonegoro (foto Humas BPPT)
 
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggelar pelatihan teknologi kultur ex Vitro untuk penyediaan bibit jati yang cepat, murah dan mudah. Pelatihan kepada penangkar bibit jati di Bojonegoro, Jawa Timur ini mendapat dukungan Komisi VII DPR RI.
 
Deputi BPPT Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi (PKT), Gatot Dwianto mengatakan bahwa  Jati memberikan manfaat yang besar bagi income pendapatan negara. “Kayu Jati yang dihasilkan dari daerah hutan di Bojonegoro merupakan salah satu kayu jati terbaik di Indonesia,” ujar Gatot saat membuka pelatihan di Bojonegoro, Sabtu (21/1/2017).
 
BPPT melalui Balai Bioteknologi, menggelar pelatihan ini sebagai solusi atas permasalahan pengembangan produksi bibit jati secara umum di Indonesia. Dari hasil analisis BPPT, jati memiliki pertumbuhan lambat, karena itu BPPT menghadirkan teknologi kultur ex Vitro.
 
Gatot menerangkan, metode ini merupakan teknologi perbanyakan tanaman melalui penyediaan bibit jati unggul di masyarakat dengan teknik ex Vitro. Intinya, perawatan dan adaptasi untuk menghasilkan bibit tanaman yang siap tanam di lapangan. 
 
“Bibit jati hasil rekayasa secara ex Vitro ini lebih cepat besar. Kalau biasanya butuh waktu 10-20 tahun untuk mencapai diameter 20-25 cm, dengan ex Vitro tanaman jati hanya membutuhkan waktu 5-6 tahun untuk mencapai diameter yang sama,” lanjutnya.
 
Selama ini jati diproduksi secara konvensional menggunakan biji. Hal ini mengakibatkan rendahnya produktivitas penangkar bibit jati di Bojonegoro.
alt
Deputi PKT Gatot Dwianto menjelaskan keunggulan teknik ex Vitro Bibit Jati pada Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Satya W. Yudha (foto Humas BPPT)
 
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Satya Widya Yudha menyampaikan, sejak tahun 1999, pengrajin kayu jati mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku kayu jati. “Sulitnya memperoleh bahan baku inilah yang menyebabkan harga kayu jati menjadi mahal. Sehingga tidak cukup untuk memenuhi permintaan atas kayu jati,” tuturnya.
 
Padahal, kayu jati yang dihasilkan Bojonegoro memiliki kualitas unggul. Kayu jati asli Bojonegoro berwarna merah bata, seratnya rata, kering, padat dan kuat sehingga kerajinan mebel dan ukiran kayu jati asal Bojonegoro sangat terkenal. “Untuk itu dibutuhkan ketersediaan sumber kayu jati yang berkelanjutan, serta bibit terbaik yang cepat masa tumbuhnya,” tegas Satya.
 
Sementara itu, Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT, Arief Arianto mewakili Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, mengatakan BPPT melalui rekayasa teknologi terus berupaya untuk menyediakan bibit unggul, serta mempercepat masa tumbuh Jati. Pada pelatihan ini, peserta akan mendapatkan pembekalan berupa materi dan praktek perbanyakan bibit jati secara kultur ex Vitro. 
 
Tahapan yang dilakukan dalam kultur ex Vitro sama dengan tahapan kultur in Vitro. Tahap pertama berupa pemilihan tanaman induk yang berkualitas dan bebas hama penyakit. Setelah itu pencucian dengan bahan surfaktan untuk menghilangkan kontaminan yang menempel dan membuka pori-pori sel, serta sterilisasi dengan bahan aktif yang mampu membunuh jamur dan bakteri. Selanjutnya inkubasi dalam media tanam dalam ruang inkubator pada suhu dan kelembaban terkontrol, aklimatisasi, adaptasi serta perawatan untuk menghasilkan bibit siap tanam.
 
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author