KKP SUKSES KEMBANGBIAKKAN IKAN TUNA SIRIP KUNING

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sukses melakukan pemijahan ikan tuna sirip kuning  (yellow fin) di luar habitat. Keberhasilan ini menjadikan Indonesia sebagai negara pertama yang membudidayakan ikan jenis pelagis dari tahap pemijahan.

“Ini prestasi yang membanggakan sekaligus menjadi langkah nyata kita dalam mendukung kebijakan pembangunan perikanan yang berkelanjutan, sehingga bisa menjamin kelangsungan hidup ikan tuna serta bisnisnya,” jelas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan KP Achmad Poernomo di Jakarta, Minggu Sore (25/1).

Menurut Achmad Poernomo, pemijahan ikan tuna (Thunnus albacares) di keramba jaring apung (KJA) baru pertama kali dilakukan di Indonesia. Pemijahan ini menghasilkan kurang lebih 400-500 ribu butir. “Nantinya telur hasil pemijahan ini dapat menghasilkan benih yang dapat diaplikasi oleh masyarakat pembudidaya,” ungkapnya.

Keberhasilan Pemijahan ini berkat kerja keras Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol, Bali. Tim peneliti terus melakukan pengkajian teknologi baik kontruksi kolam pemijahan, teknik pengelolaan induk dalam pemijahan, pengelolaan pakan dan air.

Sejak 2013 lalu, BBPPBL Gondol telah menjalankan program kegiatan penelitian tuna sirip kuning dengan fokus budidaya tuna dengan dalam KJA di lepas pantai. Tercatat, pemeliharaan induk di KJA di laut menunjukkan sintasan (survival rate) di atas 80 persen.

Pemijahan ikan tuna di KJA pertama kali dilakukan pada   21 Januari 2015 dengan menggunakan satu unit KJA berukuran diameter pelampung 50 m, mata jaring 2.5 inch dan kedalaman jaring 9 m. Calon induk diperoleh dari perairan Laut Bali Utara sebanyak 114 ekor dengan bobot 0,5-1,0 kg.

Tuna bisa menjadi indukan bila telah berukuran 20-30 kg dengan waktu pemeliharaan selama satu tahun. Di KJA, calon indukan diberi pakan berprotein tinggi, dua kali sehari berupa ikan layang dan cumi cumi dengan rasio 1:1. Dalam pakan segar tersebut ditambahkan vitamin  sebanyak 2.5 persen dari jumlah pakan ikan.

Saat ini, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan potensi tuna tertinggi di dunia. Total produksi tuna mencapai 613.575 ton/tahun dengan nilai penjualan Rp 6,3 triliun/tahun. Sebanyak 70 persen produksi ikan tuna Indonesia diekspor ke Thailand, Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

Kendati demikian, komoditas tuna tengah menghadapi sejumlah tantangan yaitu menurunnya produktivitas, ukuran yang cenderung mengecil, serta daerah penangkapan ikan yang cenderung ke laut lepas.

Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPPI), tingkat eksploitasi tuna jenis albacore, madidihang, mata besar dan tuna sirip biru selatan statusnya sudah mengkawatirkan yaitu tereksploitasi penuh (fully exploited) hingga tereksploitasi berlebih (over-exploited). Hanya tuna jenis cakalang yang masih dalam status tereksploitasi sedang (moderate). Trend penurunan stock tuna ini mengancam keberlangsungan mata pencaharian nelayan dan juga bisnis tuna.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author