Pengembangan Maggot BSF untuk Pangan Fungsional

Bogor, Technology-Indonesia.comBlack Soldiers Fly (BSF) atau sering disebut lalat tentara hitam telah banyak dibudidayakan karena menghasilkan larva/maggot kaya manfaat. Larva yang mampu mengurai sampah organik secara cepat ini mengandung protein dan lemak tinggi sehingga baik untuk pakan ternak unggas dan ikan. Larva BSF juga berpotensi diolah menjadi bahan kosmetik dan pangan fungsional.

Dewi Apri Astuti dari Departemen Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan banyak orang mulai tertarik membudidayakan BSF (Hermetia illucens). Jika semua orang memelihara BSF, dalam waktu dekat produksi larva melimpah, karena itu harus dipikirkan pemanfaatannya ke depan.

“Saya ingin tidak hanya mengangkat ini sebagai feed (pakan ternak) tetapi juga sebagai food,” tutur Dewi di Kantor PT Bio Cycle Indo, perusahaan yang mengembangkan BSF di Bubulak, Bogor (12/5/2018).

Menurutnya, di Indonesia ada 100 kabupaten/kota yang bermasalah dengan stunting. Karena itu ia mencoba mengembangkan maggot sebagai makanan alternatif untuk menanggulangi masalah stunting dan gizi buruk terutama di Indonesia bagian timur.

Dewi mengungkapkan di banyak negara di Eropa, China, maupun Amerika semuanya berbicara tentang BSF bukan saja untuk pakan ternak tetapi juga produk-produk lain termasuk pangan. Saat ini, Dewi tengah mengembangkan produk BSF untuk snack dan kosmetik.

Maggot BSF mengandung protein 29-49% tergantung pemberian pakan. Dewi telah melakukan penelitian di lokasi budidaya BSF di Sidoarjo, Depok dan Bogor. Hasilnya, BSF yang diberi pakan limbah sampah organik kandungan proteinnya 31%-35%. Sementara maggot yang diberi pakan limbah dari pasar buah proteinnya 29-31%.

“Di Bio Cycle, maggot BSF diberi pakan Palm Kernel Meal (PKM) atau bungkil kelapa sawit sehingga proteinnya lebih tinggi antara 41-49% dan lebih stabil. Jadi bila dijadikan bahan baku untuk menjadikan sesuatu, jaminan kualitasnya bisa konstan,” tutur Dewi yang mulai menekuni penelitian maggot sejak 2015.

Selain protein, kandungan minyak pada maggot sekitar 39% dan mineralnya juga terbilang tinggi. Menurut Dewi, protein dan minyak di dalam maggot mengandung asam lemak dan asam amino yang spektakuler.

“Saya mencoba menguji kemampuan tepung BSF, proteinnya diadu dengan bakteri E. coli. Hasilnya 98% E. coli-nya mati. Berarti maggot mengandung senyawa yang bisa mematikan bakteri,” ungkapnya.

Sejauh ini, Dewi telah melakukan uji coba pemanfaatan maggot pada hewan ternak seperti burung puyuh agar produksi telur tinggi dan ternak ayam untuk meningkatkan bobot badan. Maggot juga diuji coba pada anak kambing dan anak domba untuk menekan mortalitas/kematian. Selain itu, maggot juga diberikan pada kambing dan domba dewasa untuk memperbaiki kualitas sperma, karena mengandung asam lemak steroid hormon yang memicu pembentukan hormon steroid.

Maggot juga bisa meningkatkan kekebalan pada ternak karena mengandung asam amino histidin, dan arginin yang tinggi sebagai pemicu imunostimulator. Kandungan glisin pada maggot juga tinggi sehingga bisa meningkatkan hemoglobin.

Ke depan, Dewi mulai memikirkan untuk untuk membuat kitin dan kitosan dari BSF, yang sangat dinantikan oleh dunia industri.Kitin dan kitosan ini bisa dimanfaatkan untuk pupuk, obat-obatan, kosmetik, imobilisasi enzim, serta untuk menekan pengendapan logam berat.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author