Pengelolaan Hara Berimbang Tingkatkan Produktivitas Tanaman

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Masalah hara terutama defisiensi kalium manjadi salah satu kendala yang terjadi secara meluas pada tanaman kelapa sawit, padi dan jagung. Hal ini berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi nasional dan kehidupan petani.

Peneliti Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Fahmuddin Agus mengungkapkan hara merupakan faktor kunci yang menentukan produktivitas tanaman. Ketidakcukupan dan ketidakseimbangan hara tanaman merupakan salah satu penyebab utama rendahnya hasil tanaman, termasuk pada kelapa sawit, padi dan jagung.

Fahmuddin Agus mengatakan, sejak 2016 penelitian tentang Global Yield Gap Analysis (GYGA) di Indonesia berlangsung hingga 2019 melalui kerjasama penelitian antara Indonesia dengan University of Nebraska-Lincoln (UNL), Amerika Serikat, dengan Profesor Patricio Grassini sebagai koordinator.

“Selanjutnya tahun 2019-2023 penelitian GYGA dilanjutkan untuk tanaman kelapa sawit dengan melibatkan UNL, Kementerian Pertanian, BRIN, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Research Center for Climate Change – Universitas Indonesia, Wageningen University of Research, Netherland, dan beberapa lembaga swadaya masyarakat,” jelas Profesor Riset BRIN tersebut.

Fahmuddin selaku Koordinator GYGA dari Indonesia melanjutkan, penelitian ini mengungkapkan bahwa salah satu kendala utama hasil tanaman di lahan petani kecil adalah rendah dan tidak seimbangnya hara tanaman.

Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan petani tentang pemupukan yang cukup dan seimbang dan kesulitan mereka untuk mendapatkan dan membeli pupuk pada waktu dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Untuk kelapa sawit, hanya sekitar 50% dari petani kecil swadaya yang menggunakan pupuk, dan biasanya dengan dosis lebih rendah dari kebutuhan tanaman sehingga sebagian besar lahan kekurangan nitrogen, fosfor, dan kalium.

Temuan ini, lanjutnya, dituangkan dalam Diskusi Meja Bundar (DMB) tentang pemupukan berimbang padi, jagung, dan kelapa sawit yang digelar di Jakarta pada 24 Januari 2023.

“Sebuah dokumen konsensus telah dirilis oleh 32 professional yang terlibat dalam pertemuan tersebut yang menekankan pentingnya pemupukan berimbang untuk meningkatkan produktivitas, terutama bagi petani kecil,” tandasnya.

Fahmuddin menambahkan DMB menawarkan langkah-langkah untuk mengatasi masalah ketidak-seimbangan hara padi, jagung dan kelapa sawit di Indonesia. Upaya tersebut termasuk arah penelitian, penyuluhan dan peninjauan kembali program subsidi pupuk untuk memastikan pasokan hara yang cukup dan berimbang untuk padi, jagung, dan kelapa sawit.

“Dihasilkan 11 kesepakatan dari DMB ini. Salah satu hasil konsensus menyatakan perbaikan hara untuk ketiga tanaman tersebut memerlukan perbaikan tata cara bercocok tanam dalam kaitannya dengan waktu dan posisi pemberian pupuk, pengendalian gulma, dan penggunaan bibit yang berkualitas untuk memaksimalkan respon hasil dari pupuk yang diberikan,” ujar Fahmuddin.

Isi konsensus juga menginformasikan upaya perbaikan nutrisi tanaman memerlukan penguatan layanan penyuluhan, terutama dalam hal petani kecil swadaya, untuk memastikan akses informasi teknis, dan pengembangan alat sederhana yang dapat membantu petani untuk memupuk lebih baik.

Dalam konsensus juga terungkap sulitnya impor pupuk kalium akibat konflik antar negara. Karena itu masih diperlukan penelitian ilmiah untuk mencari sumber alternatif lokal pupuk kalium. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author