Varietas Inpari 36 Lanrang Primadona Di Tanah Mandar

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Penggunaan varietas unggul baru (VUB) dengan potensi hasil tinggi dapat meningkatkan produksi padi. Penerapan VUB yang sesuai dengan agroekologi setempat secara efektif dapat meningkatkan produktivitas tanaman, serta menahan serangan hama dan penyakit. Salah satunya varietas Inpari 36 Lanrang yang menjadi primadona di Tanah Mandar, Sulawesi Barat.

Padi merupakan tanaman yang paling banyak diusahakan oleh petani di Indonesia karena menjadi makanan pokok sebagian besar masyarakat. Padi termasuk tanaman dalam genus Oryza L. yang meliputi kurang lebih 25 spesies, tersebar di daerah tropis dan daerah subtropis, seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia.

Padi yang ada sekarang merupakan persilangan antara Oryza officianalis dan Oryza sativa F. Spontane (Hasanah, 2007). Berdasarkan tempat tumbuhnya padi terdiri atas padi sawah, padi rawa, dan padi gogo atau padi ladang.

Padi sawah terdiri dari banyak varietas di antaranya Inpari 30, Inpari 36, Inpari 42, Inpari 45 Dirgahayu, Jeliteng, Mantap, Inpari IR Nutri Zinc, Paketih, Pamera dan jenis lainnya yang telah dilepas oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Inpari yang merupakan singkatan dari Inbrida Padi Sawah Irigasi adalah padi inbrida yang ditanam di lahan sawah. Inbrida mempunyai arti varietas yang dikembangkan dari satu tanaman melalui penyerbukan sendiri sehingga memiliki tingkat kemurnian atau homozigositas yang tinggi (BB Padi, 2019).

Peningkatan produksi padi dalam satu dekade terakhir telah terjadi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir produksi padi mengalami peningkatan. Hal ini didorong oleh berbagai faktor salah satunya Varietas Unggul Baru. VUB yang dilepas setiap tahun mempunyai potensi hasil tinggi.

VUB merupakan komponen teknologi dasar dalam pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah. Varietas unggul baru umumnya berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit utama atau toleran dengan lingkungan setempat dan dapat juga memiliki sifat khusus tertentu.

Penggunaan VUB dengan potensi hasil tinggi merupakan salah satu peluang untuk meningkatkan produksi padi. Penggunaan varietas unggul dinilai mudah diadopsi petani dengan tambahan biaya yang relatif murah, tetapi memberikan keuntungan langsung kepada petani (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2000). Pendekatan penerapan varietas unggul baru yang sesuai dengan agroekologi setempat secara efektif dapat meningkatkan produktivitas tanaman, menahan serangan hama dan penyakit, serta kekeringan atau kebanjiran (Asaad dan Warda, 2016).

Menurut Las (2004), salah satu strategi yang dikembangkan oleh International Rice Research Institute (IRRI) dalam Revolusi Hijau adalah mengembangkan varietas unggul modern yang memiliki daun tegak dan anakan banyak, sehingga memiliki kemampuan intersepsi cahaya yang lebih besar dan laju fotosintesis yang lebih baik. Hal ini membuat tanaman padi mampu menyediakan energi yang cukup untuk tumbuh dan menghasilkan gabah yang lebih baik. (Nurhati et al, 2008).

Sulawesi Barat termasuk wilayah endemik tungro. Pada musim tanam 1969–1992 penyakit tungro dilaporkan menginfeksi pertanaman padi di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, Irian Jaya dengan total luas tanaman terinfeksi 244.904 hektare (ha) (Hasanuddin et al. 1997; Suprihanto et al., 2010). Produksi padi masih rendah di Sulawesi Barat. Dari data BPS (2019) produksi padi Sulawesi Barat tahun 2018 hanya rata-rata ±4,8 ton/ha.

VUB Inpari 36 Lanrang merupakan varietas yang banyak dikembangkan di Sulawesi Barat baik untuk penangkaran benih maupun untuk produksi. Varietas Inpari 36 tahan terhadap penyakit tungro. Penyakit tungro disebabkan oleh hama wereng hijau yang membawa virus bentuk batang Rice Tungro Baciliform Virus (RTBV) dan bentuk bulat Rice Tungro Spherical Virus (RTSV) (Praptana dan Yasin, 2008).

Selain tahan tungro Inpari 36 Lanrang memiliki banyak keunggulan lain yaitu toleran rebah, tahan penyakit blas, memiliki potensi hasil hingga 10 ton/ha GKG dengan rata-rata produksi ±6,7 ton/ha GKG, rasa nasi pulen, dan umur tanaman relatif pendek yaitu ± 114 hari setelah sebar. Performa pertanaman Inpari 36 Lanrang di lahan petani Desa Pangiang, Kecamatan Bambalamoto, Kabupaten Pasangkayu sangat baik, rata-rata jumlah anakan 21 batang per rumpun, dan produksinya ±6,5 ton/ha.

Deskripsi Varietas Inpari 36 Lanrang

Varietas Inpari 36 Lanrang telah beradaptasi hingga dataran tinggi Sulawesi Barat. Varietas ini telah ditanam di Kabupaten Mamasa dengan ketinggian ±600 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan menunjukkan hasil yang baik.

Varietas Inpari 36 Lanrang disenangi oleh petani di Sulawesi Barat karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya tahan penyakit tungro, toleran rebah, tahan penyakit blas, memiliki potensi hasil hingga 10 ton/ha GKG, rasa nasi pulen. Juga dapat beradaptasi pada ketinggian 600 Mdpl di Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat. (BPTP Sulawesi Barat/ Nursyamsih Taufik, Yesika Resonya Silitonga)

Artikel ini disunting dari naskah berjudul Varietas Inpari 36 Lanrang Primadona Di Tanah Mandar Sulawesi Barat yang meraih Juara III Penyusunan Artikel Diseminasi Inovasi Pertanian yang digelar oleh BPTP Balitbangtan

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author