Tingkatkan Produktivitas Kapas dengan Sambung Pucuk

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) hingga saat ini telah melepas beberapa varietas unggul kapas. Balittas juga memiliki paket teknologi budidaya kapas seperti rekomendasi pemupukan, penentuan waktu tanam, pengendalian hama terpadu (PHT); serta penelitian sosial ekonomi, kelembagaan, dan pascapanen.

Salah satu teknologi budidaya yang sedang dilaksanakan saat ini adalah penyambungan kapas tahunan (KI.463, KI.952, KI.953) dengan varietas Kanesia 10 dan 19. Menurut keterangan Peneliti Balitbangtan Dewi Utari dan Agung Pangestu Aji, kegiatan tersebut untuk mengetahui keragaman tinggi tanaman, jumlah cabang vegetatif, cabang generatif, diameter batang, serta potensi produksi pada berbagai kombinasi sambungan. 

Kanesia 10 dan Kanesia 19 merupakan varietas unggul kapas dengan produktivitas tinggi yaitu 4.395,70 kg kapas berbiji/ha. Kedua varietas ini termasuk golongan kapas genjah dengan umur panen <130 hari, namun memiliki panjang akar dan morfologi yang tergolong pendek sehingga mudah mengalami kekeringan dan kematian.

Dalam melakukan penyambungan, varietas Kanesia 10 dan Kanesia 19 dipilih sebagai batang atas. Sedangkan aksesi KI.463, KI.952, KI.953 dipilih sebagai batang bawah karena memiliki karakter akar dan batang yang lebih panjang dan termasuk jenis kapas tahunan. Kanesia 10 dan Kanesia 19 sebagai batang atas ditanam 14 hari setelah aksesi Kl 463, Kl 962, Kl 463 (batang bawah) ditanam.

Penyambungan pucuk dilakukan pada saat batang bawah berumur 30 hari dan batang atas umur 14 hari. Untuk meminimalkan risiko kegagalan penyambungan kapas dilakukan di rumah kasa. Setelah 14 hari persambungan, dipindahkan ke lapang.

Hasil dari penyambungan tersebut, batang bawah aksesi KI.463 dan KI.952 memiliki respon yang baik terhadap kedua varietas batang atas. Produktivitas panen pertama terbanyak terjadi pada kapas sambungan KI.463 dan Kanesia 19 sebesar 1.561,90 kg kapas berbiji/ha (186% dari kontrol).

Disebutkan bahwa bobot buah pada kapas yang tidak disambung memang lebih berat apabila dibandingkan dengan kapas yang sambung. Namun kapas tanpa disambung memiliki jumlah buah yang lebih sedikit dan membuat produktivitasnya lebih rendah.

Setelah panen, pada tanaman dilakukan pemangkasan dengan tujuan memperbanyak cabang-cabang generatif. Jumlah cabang yang terbentuk mempengaruhi jumlah buah yang terbentuk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah buah yang terbentuk setelah pangkas meningkat hingga delapan kali lipat dibanding sebelum pangkas. Panjang akar dan jumlah cabang yang terbentuk diharapkan dapat meningkatkan jumlah buah.

Kedua kontrol memiliki jumlah buah lebih sedikit dan penurunan bobot 100 buah dibanding dengan sambungan. Namun, kapas tanpa sambungan memiliki jumlah buah yang lebih sedikit dan membuat produktivitasnya lebih rendah. Selain mengalami kenaikan bobot buah, masa tanaman berproduksi pada kapas sambungan pun meningkat menjadi lima bulan sedangkan kontrol hanya dua bulan.

Penampilan kapas sambungan pada panen setelah pemangkasan tetap baik, sedangkan pada kontrol terdapat penurunan bobot buah. Perlakuan sambungan dan pemangkasan dapat meningkatkan produktivitas hingga delapan kali lipat. 

Kegiatan penyambungan batang ini diharapkan dapat menghasilkan teknologi ketahanan tanaman kapas terhadap kekeringan yang lebih tinggi. (Sumber Balitbangtan)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author