Teknologi Kultur Jaringan Atasi Masalah Benih Kentang di Banjarnegara

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Salah satu kendala terbesar dalam budidaya kentang di Indonesia adalah ketersediaan benih bermutu yang jumlahnya masih terbatas dan belum dapat memenuhi kebutuhan. Untuk memenuhinya, para petani kentang menggunakan cara konvensional yaitu menggunakan benih berbasis umbi hasil panen. Padahal, umbi hasil panen petani ini banyak yang mengalami degenerasi dan terserang penyakit.

Sebenarnya, yang lebih dibutuhkan adalah benih kentang bebas virus melalui metode kultur in vitro (jaringan) dalam bentuk planlet. Masalahnya, produksi planlet masih belum familiar dan masih dikerjakan di laboratorium.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Jawa Tengah melihat permasalahan tersebut dan mengerahkan kemampuannya terutama dalam pengadaan benih berbentuk planlet. Planlet benih kentang telah diproduksi laboratorium kultur jaringan IP2TP Ungaran.

Teknik kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari suatu tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik hingga bagian-bagian tersebut dapat berkembang dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali. Teknik ini sangat membantu dalam usaha mengeliminasi patogen (penyakit sistemik).

Pada Jumat (3/12/21) BPTP Jateng menyerahkan benih Granola L tahap terakhir sebanyak 100 botol (seribu planlet). Tahap pertama sebanyak 400 botol, hingga total 500 botol kultur jaringan atau lima ribu planlet benih kentang varietas Tejo MZ dan Granola L telah diserahkan.

Berdasarkan deskripsi varietas, kentang Granola L yang dirakit oleh Badan Litbang Pertanian ini memiliki umur tanam 100 – 115 hari, dengan hasil rata-rata 26,5 ton/hektare. Varietas yang baik untuk kentang meja/sayur ini memiliki warna kulit umbi kuning putih dan warna daging umbi kuning. Granola L tahan terhadap penyakit PVA dan PVY, Agak peka terhadap PLRV, Agak peka terhadap penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) dan penyakit busuk daun (phytophthora infestans).

Sementara kentang Tedjo MZ merupakan varietas lokal Dieng, memiliki habitus besar, berumbi besar dan berwarna kuning, tahan terhadap penyakit kutu kebul, lyriomiza, Nematoda Sista Kentang (NSK), dan Phytopthora.

Penyerahan dilakukan oleh Plt. Kepala BPTP Jateng Joko Pramono, kepada Anggota DPR RI Komisi IV, Darori Wonodipuro yang diwakili oleh TA Kabupaten Banjarnegara dan selanjutnya diserahkan kepada Ketua Poktan Perkasa 2. Secara swadaya, Poktan Perkasa 2 mengembangkan benih kultur jaringan tersebut menjadi benih stek berakar untuk diperbantukan secara cuma-cuma kepada poktan di kawasan Dieng.

Plt. Kepala BPTP Jateng berharap semoga kegiatan pengembangan benih/bibit unggul dapat menjadikan kawasan ini menjadi sentra pembibitan kentang serta dapat memberikan manfaat yang besar bagi petani dan tetap berkelanjutan di masa yang akan datang. (Sumber BPTP Jateng)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author