Petani Garut Sambut Antusias Teknologi Proliga Cabai Balitbangtan

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) memperkenalkan teknologi produksi lipat ganda (proliga) cabai merah kepada petani di Taman Teknologi Pertanian Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Proliga merupakan teknologi budidaya cabai yang mampu melipatgandakan produktivitas cabai.

Acara yang digelar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat dan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) diikuti 100 peserta yang tergabung dalam 15 kelompok tani dari tiga kecamatan yakni Cikajang, Pasirwangi, dan Sukaresmi. Pada teknologi proliga, jenis cabai yang dikenalkan adalah varietas unggul cabai Carvi Agrihorti yang dirakit Balitbangtan melalui Balitsa dan BB Biogen.

Carvi Agrihorti merupakan satu-satunya varietas cabai yang tahan virus belang. Karena itu petani mengaku senang saat menerima benih Carvi Agrihorti untuk dikembangkan menggunakan teknologi proliga.

“Dari 15 kelompok tani, masing-masingnya mendapat 10 gram benih kelas breeder seed. Benih tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan benih petani lainnya,” ujar Ifa Manzila, peneliti BB Biogen (Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian).

Menurut Ifa, Carvi Agrihorti adalah jenis cabai inbrida yang benihnya dapat diperbanyak oleh petani dalam beberapa generasi untuk tujuan kemandirian benih. Karena beberapa keunggulannya, cabai ini akan diminati oleh konsumen, terutama dari sisi kualitas buah dan rasa pedasnya.

Penerapan proliga cabai merah di Garut sudah dilaksanakan sejak Mei 2018 untuk mendukung capaian produksi cabai 20 ton/ha di Jawa Barat, yang merupakan penyumbang terbesar produksi cabai merah besar nasional dengan konstribusi mencapai 45,21%.

Menurut peneliti Balitsa Tony Moekasan, target proliga cabai 20 ton/ha sangat mungkin dicapai oleh petani melalui budidaya yang baik, karena potensi hasil cabai merah di Indonesia rata-rata di atas 25 ton/ha. Namun rata-rata produktivitas cabai nasional baru mencapai 8,65 ton/ha. Artinya, ada kesenjangan produktivitas yang besar antara potensi dan realitas di lapang.

“Hal ini yang harus sama-sama diperbaiki dalam budidaya cabai merah di tingkat petani. Varietas unggul cabai sudah banyak tersedia di pasaran. Berbagai jenis pupuk dan pestisida juga mudah diperoleh petani. Informasi terkait hal tersebut sangat mudah diperoleh melalui aplikasi My Agri yang dapat diakses dengan hand phone,” paparnya.

Menurut Tony, tantangannya adalah bagaimana petani mau mengadopsi teknologi budidaya cabai yang sudah tersedia dengan mudah untuk meningkatkan produktivitas cabai. Karena itu, pendampingan yang intensif perlu dilakukan agar teknologi yang sudah tersedia dapat diadopsi oleh petani.

Wakil Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Didin Moh Nurdin mengapresiasi kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh Balitbangtan. Program ini sangat membantu petani dalam meningkatkan usaha tani warga.

“Dengan mengadopsi teknologi proliga, petani cabai di Garut diharapkan akan meningkat kesejahteraannya, karena peningkatan produksi akibat penerapan teknologi,” ungkap Didin. Ifa Manzila/ Andika Bakti/ SB

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author