Perhutani Gandeng Balitkabi Kembangkan Tanaman Porang

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Tanaman porang dalam beberapa waktu belakangan menjadi bahasan yang menarik di banyak media. Porang telah ditetapkan sebagai komoditas unggulan ekspor karena peluang pasar yang cukup besar baik di dalam maupun luar negeri.

Kepala Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) Titik Sundari menyampaikan, hal tersebut tak lepas dari meningkatnya potensi tanaman porang di dalam negeri, seiring meningkatnya industri pangan berbasis porang dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pangan sehat.

Titik menyampaikan hal tersebut dalam Kick Off Meeting Pengembangan Tanaman Porang yang digelar Perum Perhutani secara virtual pada Kamis (12/8/2021). Perhutani telah melaksanakan kerjasama tripartit terkait pengembangan porang di Kabupaten Madiun, Jawa Timur dengan Balitkabi dan PT. Riset Perkebunan Nusantara (PT. RPN).

Inisiasi awal kegiatan, Balitkabi melakukan survei kecocokan lahan pengembangan porang yang tersebar di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Saradan dan KPH Nganjuk. Untuk mematangkan langkah yang akan diambil selanjutnya, Perhutani mengadakan acara kick off pengembangan porang bersama dengan Balitkabi, PT. RPN, CV. Mega Raya, dan CV. Primatani.

Kepala Balitkabi mengatakan bahwa kegiatan ini sangat baik untuk memberikan pemahaman yang benar dalam hal hulu hilir pengembangan porang. Titik kembali menegaskan bahwa Balitkabi siap mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh Perhutani.

Kepala Divisi Regional Perhutani Jawa Timur, Karuniawan menuturkan bahwa porang sudah identik dengan Provinsi Jawa Timur. Harapannya kegiatan ini akan menjadi benchmark dalam pengembangan porang di Kabupaten Madiun.

“Tercatat 1088,9 hektare kawasan yang telah tertanami porang, yang digarap secara konvensional dengan petani penggarap,” tutur Direktur Utama Perhutani, Wahyu Kuncoro.

Dengan tingginya permintaan, kekhawatiran yang muncul adalah harga yang tidak stabil dan over supply. Kerjasama tiga belah pihak untuk memastikan produk porang dan industri hilirnya memiliki nilai tambah, karena masing-masing memiliki peran sendiri.

Menggandeng Balitkabi dan PT. RPN, Perhutani berupaya untuk memastikan hulu hilir industri porang bernilai tambah, sehingga akan meningkatkan taraf hidup petani porang khususnya dan mendorong petani di seluruh Indonesia untuk lebih serius dalam produksi tanaman porang sampai pada tingkat kualitas pasca panennya.

Acara dilanjutkan dengan bimbingan teknis budi daya dan pasca panen tanaman porang, oleh peneliti Balitkabi, yakni Novita Nugrahaeni, Joko Susilo Utomo, dan Sutrisno. Novita mengenalkan seluk beluk tanaman porang sebagai tanaman yang biasa ditemukan di kawasan hutan di bawah naungan tegakan tanaman tahunan seperti jati dan sengon. Persebarannya cukup luas, antara lain di Sumatera, Jawa, Flores, dan Timor.

Tanaman ini mudah dibudidayakan di sela tanaman tahunan, sehingga memberikan nilai tambah dari segi efisiensi lahan. Bahan tanam porang terdiri dari biji, bulbil/katak, dan umbi serta bisa juga dari teknik kultur jaringan.

Ciri khas tanaman porang dibanding jenis Amorphophallus lainnya adalah pada keberadaan bulbil yang ditemukan di setiap pertemuan cabang dan ketiak daun serta warna umbi kekuningan. Diameter umbi porang varietas Madiun 1 pada tahun ketiga mencapai 54,9 – 94,5 mm dengan bobot kurang lebih 1,6 kg.

“Tanaman porang tumbuh optimal pada ketinggian 400-800 mdpl dengan kondisi pH tanah agak masam-normal, subur dan gembur, sehingga umbi bisa berkembang baik. Tingkat naungan yang diperlukan 40-70% dengan rentang suhu 25-35°C,“ ujar Sutrisno.

Pada kesempatan tersebut, peneliti Balitkabi Joko Susilo Utomo, menyampaikan berbagai manfaat glukomanan, antara lain sebagai bahan coating, diolah menjadi bahan pangan, obat dan filler, emulsifier, edible film serta bahan baku industri non pangan seperti lem, cat, dan kosmetika. Kandungan glukomanan pada porang mencapai 3,75%, lebih tinggi daripada yang ditemukan pada Amorphophallus lainnya.

Setelah menjadi tepung glukomanan, nilai ekonomi umbi porang akan meningkat jauh. Harga umbi segar Rp 4 ribu – Rp 15 ribu per kg menjadi Rp 400 ribu – Rp 700 ribu per kg apabila sudah dalam bentuk tepung glukomanan. Tanaman ini mengandung kadar air cukup tinggi (±81,5%), sehingga akan mengalami penyusutan ketika menjadi tepung, dari 100 kg umbi segar menjadi 6 kg.

Berbagai produk makanan berbahan dasar porang yang dapat kita temukan adalah beras shirataki, konyaku, mie shirataki, jelly, puding, dan jelly drink. (Sumber Balitkabi)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author