Pendampingan Teknologi Pertanian Konservasi Cerdas Iklim di Kabupaten Sigi

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Perubahan iklim global berdampak pada setiap aspek kehidupan manusia. Salah satunya sektor pertanian yang bertumpu pada siklus air dan cuaca untuk menjaga produktivitasnya. Karena itu, perlu pembekalan kepada petani dalam menghadapi segala kemungkinan akibat perubahan iklim.

Perubahan iklim global secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap respons hidrologi wilayah. Selanjutnya hal itu menentukan ketersediaan air wilayah untuk berbagai kebutuhan dan ikut menentukan nilai ekologi, sosial, dan ekonomi sumber daya air yang ada.

Dampak multi-dimensi akan dihadapi pada masa yang akan datang. Misalnya, pergeseran musim tanam yang menyebabkan waktu tanam konvensional tidak dapat diterapkan. Hal ini secara tidak langsung mendorong peledakan organisme penganggu tanaman (OPT) tertentu atau munculnya OPT baru.

Dampak lainnya, peningkatan suhu dan perubahan pola  hujan menyebabkan daerah potensial bagi budidaya komoditas pangan akan menjadi kurang optimal, sehingga menyebabkan turunnya produktivitas tanaman. Kenaikan permukaan laut dan salinitas akan menyebabkan turunnya produksi dan berkurangnya lahan pertanian di pesisir pantai.

Hal itu mendorong Yayasan Inovasi Ketahanan Komunitas (INANTA) partner of CWS menggelar lokarya dengan peserta petani korban banjir Desa Bulubete dan Desa Rogo, Kec. Dolo Selatan, Desa Simoro dan Pakuli Utara, Kec. Gumbasa, Kabupaten Sigi pada 31 Maret hingga 9 April 2021. Pada lokakarya tersebut INANTA bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Sulawesi Tengah (Sulteng) melalui pendampingan teknologi pada lahan bekas banjir dengan menyampaikan materi mengenai pengembangan sistem pertanian yang cerdas iklim.

Peneliti dan Penyuluh BPTP Sulteng menjelaskan bahwa Sistem Pertanian Cerdas Iklim didukung tiga pilar untuk mencapai tujuan yaitu produktivitas, adaptasi, dan mitigasi. Sistem Pertanian Cerdas Iklim bertujuan meningkatkan  produktivitas pertanian secara  berkelanjutan dan meningkatkan pendapatan petani tanpa terpengaruh oleh dampak lingkungan, dan pada gilirannya akan meningkatkan ketahanan pangan.

Sistem Pertanian Cerdas Iklim bertujuan untuk mengurangi tingkat keterpaparan petani terhadap perubahan iklim dalam jangka pendek dan sekaligus memperkuat kapasitas untuk beradaptasi. Kemampuan ini sangat penting untuk mempertahankan produktivitas dan kemampuan untuk beradapatasi terhadap perubahan iklim. 

Terkait Mitigasi, jika memungkinkan Sistem Pertanian Cerdas Iklim juga seharusnya dapat mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) setiap kalori atau kilogram makanan, serat atau bahan bakar yang dihasilkan. Menghindari deforestrasi dari sektor pertanian dan mengelola tanah dan tanaman dengan memaksimalkan potensi dalam meningkatkan simpanan karbon dan absorsi CO2  dari atmosfir.

Sinergi adaptasi-mitigasi dapat dilakukan dengan inovasi pengelolaan lahan dan air yang meliputi optimasi lahan, perbaikan kesuburan tanah, penggunaan pupuk berimbang, efisiensi air, minimum run-off  dan rendah emisi GRK. Selanjutnya penggunaan varietas unggul adaptif yang tahan kekeringan dan genangan, berumur genjah, toleran salinitas, serta rendah emisi GRK.

Inovasi lainnya adalah kalender tanam terpadu untuk tanaman pangan guna mengantisipasi variabilitas iklim dan optimalisasi/efisiensi karbon/biomassa/limbah organik dan “zero waste”. Selanjutnya, optimalisasi lahan pekarangan melalui program Kawasan Rumah Pangan Lestari, dan diversifikasi sumber karbohidrat alternatif seperti jagung, sukun, sagu, ganyong, dan singkong.

Pada saat praktek, dijelaskan cara pengolahan tanah pada pertanian konservasi dengan melakukan pengolahan tanah minimum, yaitu melakukan pengolahan hanya pada areal yang akan ditanam. Penggunaan bahan organik untuk mengembalikan kesehatan tanah, untuk tanaman cabai, tomat atau tanaman hortikultura lainnya dapat dibuat lubang dan pada lubang tersebut diberikan bahan organik seperti pupuk kandang atau kompos.

Sedangkan untuk menanam jagung dibuat larikan dan pada larikan tersebut diberikan bahan organik. Selain itu juga dapat ditanam tanaman penutup tanah seperti tanaman kacang-kacangan, dapat pula dilakukan rotasi tanaman. Penggunaan mulsa dianjurkan untuk menghindari terjadinya run-off, menekan pertumbuhan gulma, dan mengurangi penguapan.

Yang ng paling utama dalam penerapan pertanian konservasi ini adalah komitmen demi mewujudkan peningkatan produktivitas. (Sumber BPTP Sulteng)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author