Optimalisasi Bambu untuk Konservasi Lahan dan Air

Jakarta, Technology-Indonesia.com -Tanaman bambu sangat akrab dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Bambu sering digunakan sebagai bahan bangunan, kerajinan tangan, kuliner, pengobatan, peralatan rumah tangga, hingga alat musik. Tak hanya itu, tanaman bertekstur lentur itu juga mempunyai peran di bidang pertanian dan konservasi lahan serta air.

Petani bambu di Desa Panglipuran, Bangli, Bali, misalnya, telah memanfaatkan daun bambu sebagai bahan baku pembuatan kompos. Mereka memiliki kebun bambu seluas 45 hektare sehingga suplai bahan kompos yang tersedia terus menerus.

Kelompok tani di Desa Panglipuran telah belajar membuat kompos dari daun bambu sejak 2018. Pengomposan daun bambu sama dengan cara pengomposan bahan lainnya. Mengingat bahan daun bambu yang relatif kering maka perlu dilakukan pembasahan agar mikroba dapat berkembang baik. Setelah mengalami proses dekomposisi selama 1-2 bulan dan diayak, kompos siap dipergunakan.

Demikian juga sisa tebangan bambu yang manfaatkan untuk pembuatan biochar. Karena untuk memasak di rumah tangga telah menggunakan kompor gas, maka sisa bambu tersebut bila tidak dimanfaatkan akan menjadi sampah.

Pengenalan produk biochar disambut sangat baik oleh petani setelah mengetahui manfaatnya. Biochar merupakan bahan padat kaya karbon hasil konversi dari limbah organik (biomas pertanian) melalui pembakaran tidak sempurna atau suplai oksigen terbatas (pyrolysis). Pembakaran tidak sempurna dapat dilakukan dengan alat pembakaran atau pirolisator dengan suhu 250-350°C selama 1-3,5 jam, bergantung pada jenis biomas dan alat pembakaran yang digunakan.

Biochar hasil produksi tersebut dapat berfungsi sebagai campuran untuk meningkatkan kualitas kompos. Aplikasi biochar ke lahan pertanian (lahan kering dan basah) dapat meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air dan hara, serta memperbaiki kegemburan tanah. Biochar juga dapat mengurangi penguapan air dari tanah dan menekan perkembangan penyakit tanaman tertentu serta menciptakan habitat yang baik untuk mikroorganisma simbiotik.

Kepala Balai Penelitian Tanah, Ladiyani Retno Widowati, yang mendapat kesempatan mengunjungi hutan bambu dan pemanfaatan sisa/sampah pertanian menyatakan “Optimalisasi sumberdaya pertanian dari pertanaman bambu dapat berfungsi dalam peningkatan produktivitas dan kualitas lahan, mampu menahan air hingga 230%, juga mampu menekan perubahan iklim karena bambu adaptif pada lingkungan yang relatif kering dan di daerah berlereng”.

Saat ini isu erosi dan tanah longsor sedang menghangat. Kejadian erosi dan longsor terjadi sangat cepat dan pada area yang cukup luas pada awal tahun 2020. Karena memiliki sistem perakaran yang berkembang ke segala arah yaitu ke samping dan ke bawah, bambu sangat cocok sebagai tanaman konservasi. Perakarannya yang melebar dan kuat mampu memegang air dan tanah dengan sangat baik.

Kelebihan lain dari tanaman bambu adalah pertumbuhannya yang relatif cepat, dan mampu beradaptasi dari ketinggian 2 m – 1.500 m dpl. Dengan berbagai kelebihan tanaman bambu tersebut, diharapkan optimalisasi tanaman bambu dapat direalisasikan. (LRW dan M.Is).

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author