Masuki Musim Kemarau 2020, Permintaan Kedelai DETAP-1 Meningkat

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Memasuki musim kemarau 2020 yang mulai terjadi di wilayah Indonesia pada awal April, tampaknya tidak selalu berdampak negatif terhadap roda kehidupan pertanian. Meski Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi kemarau akan terjadi hingga akhir Juli/Agustus 2020, petani padi menyiasatinya dengan menanam tanaman pertanian lainnya. Salah satunya dengan menanam kedelai.

Seperti di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Akhir-akhir ini permintaan benih kedelai mengalami peningkatan cukup tinggi. Burhan yang telah menjadi penangkar benih kedelai sejak tahun 2019 merasakan dampak dari tingginya permintaan ini. Menurut Burhan, tingginya permintaan benih kedelai oleh petani hanya untuk kedelai varietas DETAP-1.

Kedelai tersebut sangat disukai petani di wilayah NTB karena saat panen hasilnya berbiji besar serta berumur genjah. “Selain berbiji besar, kelebihan lainnya dari varietas DETAP-1 ini adalah tahan pecah polong dan provitasnya cukup tinggi, bisa mencapai 2,9 ton/hektare.” ucap Burhan saat ditemui Minggu (7/6/2020).

Kepala Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), Kementerian Pertanian, Yuliantoro Baliadi, membenarkan hal tersebut. Menurut Yuliantoro, keunggulan dari varietas DETAP-1 sudah banyak diketahui oleh petani, sehingga para produsen benih kedelai di berbagai daerah seperti Bantul, Karawang, Bandung dan Bima juga mengalami peningkatan pesanan varietas tersebut.

“Fenomena ini tentunya menjadi momentum yang baik bagi pengembangan komoditas kedelai kedepannya, sehingga menarik para produsen benih kedelai yang baru dan bertambahnya produsen benih baru,” harapnya.

Secara terpisah, Kepala Badan Penelitian dan Pengembanagn Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry menambahkan bahwa perlu ada edukasi bagi para petani terhadap varietas-varietas unggul Balitbangtan yang sudah dilepas. Salah satunya adalah pengetahuan terhadap kedelai varietas DETAP-1 yang tahan terhadap pecah polong.

Dengan keunggulan ini, selain produksi menjadi lebih tinggi juga bisa mengamankan kehilangan hasil akibat banyaknya biji kedelai yang terpapar di lapang. “Dengan adanya varietas DETAP-1 ini, ke depan tidak terengar lagi ada petani kedelai merugi yang disebabkan oleh produktivitas rendah serta kehilangan hasil,” ujar Fadjry.

Plt. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan), Haris Syahbuddin mengungkapkan bahwa kedelai varietas DETAP-1 ini dapat menjawab tantangan petani kedelai. Selama ini petani kedelai mengeluhkan rendahnya produktivitas kedelai lokal, selain itu banyak juga yang mengalami kehilangan hasil saat panen.

“Dengan berbagai keunggulannya, berharap banyak petani kedelai yang beralih ke varietas DETAP-1 dan meninggalkan varietas lama yang kurang produktif,” tutupnya. (Uje/RTPH)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author