Jakarta, Technology-Indonesia.com – Seiring perkembangan waktu dan peningkatan pendapatan/daya beli masyarakat, preferensi masyarakat mengkonsumsi daging ayam kampung makin meningkat. Walau harganya di atas harga ayam broiler, masyarakat meyakini kalau mengkonsumsi ayam kampung dianggap lebih sehat, tekstur, kontur serta ‘lebih wangi setelah diolah’.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian, sebagai penghasil inovasi teknologi pertanian, telah menghasilkan bibit ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB). Hingga hari ini penyebaran DOC (Day Old Chicken) maupun indukan Ayam KUB makin masif ke seluruh daerah di Indonesia.
Dalam mendukung percepatan penyebaran bibit unggul ayam KUB, Balitbangtan melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak) menggelar rapat koordinasi penguatan perbibitan ayam KUB. Kegiatan ini digelar di Ungaran, Jawa Tengah pada 17-18 Juni 2021 ini dihadiri BPTP Balitbangtan seluruh Indonesia.
Rakor digelar untuk menjawab masifnya penyebaran dan kebutuhan bibit ayam KUB di Indonesia. Permintaan DOC maupun indukan ayam KUB yang terus melonjak, sebagian besar permintaan masih dalam proses inden karena keterbatasan produksi DOC.
Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa ayam KUB dapat dimasifkan sebarannya di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang dijadikan Srata 1. “Dalam perkembangannya, ayam KUB di BPTP yang menjadi strata 1 sudah ada 12 provinsi dan untuk itu agar penyebaran dan pengembangan ayam KUB dimasifkan di 12 provinsi tersebut,” ungkapnya.
Selain 12 provinsi yang sudah memiliki strata 1 ayam KUB, berdasarkan rakor kali 10 provinsi lain akan ditingkatkan menjadi strata 1.
Kepala Puslitbangnak Agus Susanto mengapresiasi capaian dari 12 provinsi yang menjadi strata 1 dan berharap agar ayam KUB 2 Janoko dapat segera disebarkan ke BPTP.
“Ayam KUB 1 sudah dirasakan manfaatnya oleh peternak, sementara ayam KUB 2 Janoko diharapkan segera memiliki SK yang sah dari menteri agar dapat dirasakan manfaatnya oleh peternak” jelasnya.
Sementara itu, Kepala BBP2TP Fery F. Munier meminta kepada Kepala BPTP seluruh Indonesia agar setiap BPTP yang telah siap strata 1 agar menginventarisir apa saja yang perlu disiapkan untuk meningkatkan produksi telur untuk ketersediaan DOC di masing-masing Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Ayam KUB.
“Peningkatan produksi DOC menjadi salah satu tujuan selain terdiseminasinya DOC kepada para peternak. Untuk itu diperlukan kesiapan sarana dan prasarana penunjang agar tujuan tersebut terlaksana,” kata Fery.
Dalam Rakor dihasilkan beberapa hal antara lain memetakan 9 BPTP yang akan direvitalisasi UPBS-nya untuk meningkatkan produksi DOC ayam KUB untuk memenuhi target 1 juta ayam yang telah ditargetkan oleh Kementan.
Sebagai informasi, Ayam KUB memiliki keunggulan dwifungsi selain sebagai ayam petelur, juga diminati sebagai ayam pedaging. Umur panen ayam KUB yaitu 40-45 hari, bahkan dapat dipanen pada umur 60 hari atas permintaan konsumen.
Sebagai petelur ayam KUB memiliki keunggulan lainnya antara lain telur yang dihasilkan lebih banyak mencapai 160-180 butir/ekor/tahun. Ayam KUB memiliki bobot badan umur 20 minggu (±5 bulan) berkisar antara 1.200-1.600 gram. Umur awal bertelur lebih awal sekitar 20-22 minggu dengan bobot telur 35-45 gram.
Keunggulan lainnya adalah masa mengeram yang hanya 10% sehingga ayam cepat bertelur kembali serta lebih tahan terhadap penyakit.
Sebagai barometer, BPTP Jawa Tengah menjadi salah satu contoh unit pelaksana teknis vertikal Balitbangtan di daerah yang sukses mendorong diseminasi ayam KUB kepada masyarakat. Sebagai tuan rumah, BPTP Jateng berkesempatan membawa seluruh Kepala BPTP se-Indonesia dan penanggung jawab ayam KUB’nya untuk melihat bagaimana penyebaran ayam KUB di Jawa Tengah begitu masif dan berkelanjutan.
Peserta diajak berkunjung ke kandang utama UPBS Ayam KUB dan ruang penetasan yang hingga kini telah memproduksi lebih dari 200 ribu DOC. Peserta juga berkesempatan menemui peternak ayam KUB sekaligus ketua asosiasi ayam KUB aNAKaKUB.
Di lokasi tersebut terdapat pabrik pakan mini untuk memproduksi pakan berbahan baku lokal yang memiliki kualitas baik namun dengan harga yang terjangkau. Terakhir para peserta diajak ke usaha hilir rumah makan ayam ingkung ayam KUB yang menjadi usaha tambahan peternak ayam KUB. (Sumber Puslitbangnak dan BBP2TP)