Kendalikan Hama Ulat, BPTP Aceh Latih Petani Menggunakan Feromon Exi

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Inovasi Teknologi Pertanian bagi petani bawang merah terdampak pandemi Covid-19 di Aula BPP Simpang Tiga Pidie, Kamis (8/4/2021). Pada Bimtek tersebut, BPTP melatih petani menggunakan untuk menarik ngengat imago jantan.

Bimtek dihadiri perwakilan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Pidie, penyuluh pertanian serta petani bawang merah dari kecamatan sentra penghasil bawang merah yaitu kecamatan Simpang Tiga, Kembang Tanjong, Peukan Baro, kecamatan Pidie dan di kecamatan Batee.

Koordinator BPP Kecamatan Simpang Tiga, Haiyatun mengatakan bahwa Bimtek ini sangat baik untuk mendiseminasikan inovasi teknologi. “Semua peserta dapat mengikuti dengan serius dan dapat mengaplikasikan informasi yang didapat pada budidaya tanaman bawang merah sehingga memberikan hasil yang memuaskan,” harapnya.

Koordinator POPT Kabupaten Pidie, Mahzal menjelaskan sebab ledakan serangan ulat pada tanaman bawang merah dipicu oleh pemakaian dosis pestisida yang tidak sesuai anjuran dan penggunaan satu jenis bahan aktif secara terus menerus dan lama.

“Sebaiknya setelah penyemprotan satu jenis bahan aktif selama 2-3 minggu kemudian digantikan dengan insektisida berbahan aktif yang lain, walaupun hama sasaran sama,” jelasnya kepada petani.

Mahzal menambahkan penggunaan insektisida dengan bahan aktif yang tidak sesuai dengan hama sasaran, waktu penyemprotan tidak tepat, frekuensi penyemprotan yang kurang tepat, dan musnahnya musuh alami akibat pemakaian pestisida yang berlebihan juga dapat memicu ledakan hama ulat.

Penyuluh Pertanian BPTP Aceh, Nurbaitimenjelaskan salah satu teknologi alternatif yang lebih efektif, efisien, dan ramah lingkungan untuk mengendalikan ulat bawang adalah dengan menggunakan perangkap Feromon Exi untuk menarik ngengat imago jantan.

Feromon exi mengandung senyawa tidak toksik (beracun), bersifat spesifik terhadap serangga ulat bawang, jumlah yang digunakan per satuan luas sedikit, aman terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, tidak diaplikasikan langsung ke tanah, serta memiliki daya tarik yang kuat terhadap hama sasaran.

Perangkap ini dapat dibuat dari Feromon Exi yang bisa dipesan on line, stoples plastik diameter 12-15 cm dan tinggi 20 cm (bisa juga digunakan stoples bekas permen), kawat untuk menggantung, tang, pisau, dan spidol.

Cara pembuatannya, beri tanda dengan spidol pada stoples plastik di kedua sisinya dengan ukuran 17×3 cm pada 1/3 bagian atas stoples. Potong ke dua sisi stoples yang sudah diberi tanda sebagai jalan masuknya ngengat. Sisakan yang tidak dipotong 6-8 cm dikedua sisinya.

Selanjutnya, lubangi kedua sisi stoples plastik untuk memasukkan kawat yang digunakan untuk menggantung perangkap pada kayu atau bambu. Lubangi tutup stoples plastik dan masukkan kawat sepanjang 10 cm pada tutup.

Ujung kawat dibengkokkan pada tutup stoples dan ujung kawat satu lagi di pasang/disematkan feromon exi. Pada stoples yang sudah dilubangi dimasukkan air yang diberi sedikit deterjen, agar ngengat yang masuk tidak dapat keluar lagi sehingga akan mati.

Pasang perangkap feromon exi di lahan bawang dengan menggantung pada kayu atau bambu dengan jarak 15-30 dari tanah (tergantung masa pertumbuhan bawang merah). Acara Bimtek ini di akhiri dengan praktek di lapangan berupa pemasangan perangkap Feromon exi di areal penanaman bawang merah yang dikuti oleh seluruh peserta. (Sumber BPTP Aceh)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author