Kementan Berhasil Merakit Beras Basmati Asli Indonesia

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Keberadaan beras Basmati di kalangan masyarakat menengah keatas di Indonesia semakin hari semakin popular, sehingga permintaannya makin meningkat. Sayangnya, beras tipe Basmati hanya tumbuh di bagian utara India dan Pakistan. Pemenuhan beras tersebut masih harus impor dan harganya di Indonesia relatif mahal.

Merespon fenomena ini, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) merakit varietas padi khusus tipe Basmati. Perakitan padi unggul beras Basmati telah dilakukan selama 10 tahun sejak 2007 dengan menggunakan plasma nutfah yang ada. BB Padi juga menghasilkan sejumlah galur harapan dengan hasil setara atau lebih tinggi dari padi tipe Basmati.

Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Priatna Sasmita menjelaskan, beberapa galur yang diusulkan pada sidang penilaian varietas tanaman pangan salah satunya adalah varietas tipe Basmati yang merupakan hasil persilangan antara tetua varietas/galur asal Indonesia dengan Basmati asal Pakistan.

Prosedur perakitan menggunakan metode seleksi Pedigree, Bulk, dan seleksi silang berulang. Hasil persilangan tersebut menghasilkan berbagai galur dan dua diantaranya merupakan galur harapan yang mempunyai sifat agronomis seperti Basmati namun bisa berdaptasi bagus pada ekosistem di Indonesia dengan potensi hasil tinggi.

“Beras Basmati selama ini dikenal sebagai beras aromatik asal India yang memiliki tekstur khas dan hanya bisa dibudidayakan di dataran tinggi. Namun, kita telah dapat melakukan terobosan bisa merakit varietas baru dengan tipe beras Basmati yang dapat ditanam di dataran rendah, tanpa menghilangkan ciri khas tipe Basmati, “ jelas Priatna di sela-sela sidang pelepasan varietas di Hotel Salak, Bogor, Selasa (22/1/2018).

Sidang penilaian pelepasan varietas tanaman pangan 2019 yang dilaksanakan bersama Tim Penilai Pelapasan Varietas (TP2V) Tanaman Pangan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian.

Ciri khas dari beras Basmati sendiri yaitu beras agak pera dan ukurannya lebih panjang (1,5-2,0 kali) dibandingkan beras pada umumnya. “Harapannya varietas dengan tipe beras tersebut bisa dikembangkan di Indonesia, dapat memenuhi kebutuhan pasar yang semakin meningkat,” lanjut Priatna.

Priatna menambahkan bahwa keungulan lain padi tipe basmati hasil rakitan BB Padi adalah potensi hasil bisa mencapai 9,1 t/ha. “Selain itu juga mempunyai indeks glikemik yang relatif rendah dengan tekstur tidak pulen tapi mempunyai aroma harum yang khas dan memiliki kadar amylose cukup tinggi sekitar 26%, dan agak tahan WBC biotipe 1, tahan HDB kelompok IV dan VIII dan tahan blas ras 173,” sambungnya.

Sejak tahun 2017 BB Padi telah melakukan uji multilokasi terhadap galur-galur padi tipe Basmati di 17 lokasi di Indonesia. “Pada hari ini disidangkan di hadapan tim peniliai pelepasan varietas, galur yang kami usulkan untuk dilepas menjadi varietas unggul baru, “ jelas Heni Safitri yang merupakan pemulia padi tipe Basmati ini bersama Buang Abdullah.

Tujuan perakitan varietas yang diusulkan, terang Heni, adalah menghasilkan varietas yang tahan hama atau penyakit dan menghasilkan beras premium/bermutu baik. “Sementara itu, galur-galur yang kami usulkan meliputi 2 galur tipe Basmati, galur padi merah aromatik dan padi merah biasa, galur beras hitam dan galur beras ketan putih,” terang Heni.

Dalam kesempatan terpisah, Plt. Kepala Badan Litbang Pertanian yang juga adalah Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro saat berkunjung ke BB Padi, Sukamandi, sepekan sebelum pelaksanaan sidang pelepasan, Rabu (16/1/2018) menegaskan bahwa penemuan ini akan meningkatkan potensi ekspor produk pertanian Indonesia.

“Jika galur Basmati lulus, maka penemuan varietas Basmati asli Indonesia ini adalah sesuatu yang spesial dan unik, serta memiliki potensi ekspor yang besar. Ini semakin membuktikan beras kita sangat layak ekspor,” ungkap Syukur.

Bahkan, bila dibandingkan beras Basmati asal negara aslinya, produktivitas varietas yang dihasilkan oleh BB Padi ini jauh lebih tinggi mencapai 8,4 ton per hektare. Sementara varietas basmati asli hanya sekitar 5-6 ton per hektare. “Dengan spesifikasi ini, kita bisa melampaui produksi basmati di India,” tandas Syukur.

Varietas yang akan dinamai BAROMA atau Beras Basmati Aromatik, disebut Syukur, sudah menarik minat para investor, termasuk dari kawasan Timur Tengah. “Beruntung kita memiliki pemulia tanaman yang tidak hanya pintar dan ulet, tapi juga memiliki kesabaran sehingga akhirnya kita bisa memiliki beragam varietas yang bisa ditanam di berbagai kondisi lahan,” pungkasnya. Suharna/SB

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author