Jakarta, Technology-Indonesia.com – Petani di Kecamatan Binong, Kabupaten Subang tengah merayakan panen padi di tengah mewabahnya virus corona. Virus ganas yang menghebohkan dunia tidak menyurutkan para petani untuk terus ke sawah menuai hasil panennya. Geliat panen terus menggema dan menandakan bahwa pangan kita aman.
Berdasarkan pantauan di lapang Senin (13/4/2020), pertanaman padi di Kecamatan Binong sekitar 50% dari total luas lahan sawah telah menguning dan siap panen saat ini. Diperkirakan sisanya akan dipanen pada pertengahan bulan Mei 2020 mendatang. Pertanaman yang siap panen merupakan bagian dari lahan persawahan yang tidak terdampak kekeringan pada tahun 2019.
Menurut Ahmad Koordinator BPP Kecamatan Binong, dampak kemarau panjang pada tahun 2019 telah membuat sebagian lahan baru dapat ditanami awal bulan Januari 2020. Sehingga petani yang melakukan panen di bulan April ini merupakan hasil dari kegiatan tanam pada akhir bulan Desember 2019.
“Panen telah dimulai sejak bulan awal bulan April dan hingga saat ini luas yang dipanen diperkirakan baru mencapai 10% dari total luas lahan sawah di Kecamatan Binong. Luas lahan sawah di Kecamatan Binong mencapai 3.748 hektare (ha), dan ditaksir masih ada 50% tanaman padi yang masih hijau dan belum layak untuk dipanen,” ujarnya.
Ahmad juga menyampaikan bahwa di Kecamatan Binong diperkirakan ada peningkatan produksi. Pemicu meningkatnya produksi padi dikarenakan banyak petani yang menggunakan varietas unggul baru yaitu Inpari 32 HDB. Varietas lama yang biasa ditanam yaitu Varietas Ciherang sudah tidak tahan hama penyakit juga produktivitasnya mulai melandai.
“Sebelumnya petani mendapatkan hasil sekitar 4-5 ton/ha gabah kering panen (GKP), dengan menggunakan Varietas Inpari 32 kini dalam satu hektar bisa diperoleh hasil 7-8 ton/ha GKP, bahkan ada yang mencapai 8,5 ton/ha GKP,” jelas Ahmad.
Di tempat terpisah, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan), Haris Syahbuddin sangat senang atas peningkatan produksi yang telah dicapai oleh petani melalui Varietas Inpari 32 HDB. Varietas tersebut dilepas pada tahun 2013 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Penelitian Tanaman Padi (BB Padi).
Karakteristik dari varietas ini antara lain tekstur nasi yang sedang dengan kadar amilosa kurang lebih 23,46%. Potensi hasil mencapai 8,42 Gabah Kering Giling dan memiliki ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri patotipe IV dan VIII, tahan blas ras 033, agak tahan blas ras 073 dan agak tahan tungro ras Lanrang.
Haris berharap pada musim tanam berikutnya tetap menggunakan varietas unggul baru untuk mendapatkan hasil yang optimal saat panen kembali. “Saya yakin petani akan lebih lebih sejahtera, apabila menggunakan varietas-varietas unggul baru yang dihasilkan oleh Balitbangtan, selain hasilnya signifikan juga lebih tahan hama penyakit,” lanjutnya.
Senada dengan Kepala Puslitbangtan, Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry juga terus menginstruksikan kepada jajarannya untuk melakukan diseminasi dalam skala luas dan dapat menjangkau petani di seluruh Indonesia, utamanya bagaimana mengoptimalkan peran UPBS (Unit Pengelola Benih Sumber) di seluruh BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Balitbangtan. Dengan menggunakan varietas unggul baru, petani tidak dihadapkan lagi dengan serangan hama penyakit dan hasil yang rendah.
“Apabila semua petani padi menggunakan varietas unggul baru Balitbangtan, hasil karya anak bangsa tentu petani kita akan lebih sejahtera karena produksi padinya meningkat,” tutup Fadjry. (Uje/RTPH)