Probolinggo, Technology-Indonesia.com – Tempe merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas kuliner masyarakat di Indonesia. Sayangnya, kebutuhan kedelai sebagai bahan baku tempe sebagian besar masih mengandalkan kedelai impor. Padahal, Indonesia mempunyai berbagai jenis kacang-kacangan yang bisa diolah menjadi tempe.
Hal itu mendorong Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur (Jatim) menggelar Festival Tempe pada Kamis (24/6/2021). Festival Tempe digelar dalam rangka Hari Tempe Nasional yang diperingati setiap 6 Juni dan peringatan Hari Krida Pertanian pada 21 Juni. Dalam kegiatan ini dilaksanakan kegiatan bimbingan teknis, pameran, serta lomba pembuatan tempe dengan bahan baku non kedelai serta inovasi olahan tempe.
Aneka produk tempe non kedelai ini juga dipamerkan pada Gelar Inovasi Teknologi Akabi (GITA) 2021 di IP2TP Muneng, Probolinggo, Jawa Timur pada Sabtu (26/6/2021). GITA 2021 merupakan upaya untuk memperderas hilirisasi hasil-hasil inovasi dan teknologi (Inotek) dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) terutama yang terkait dengan tanaman aneka kacang dan umbi (Akabi).
Peneliti BPTP Jatim, Sri Satya Antarlina mengatakan Festival Tempe dilaksanakan untuk mengenalkan bahwa Indonesia punya keanekaragaman hayati berupa kacang-kacangan non kedelai. Melalui ajang ini, BPTP Jatim mengajak masyarakat untuk berkreasi membuat tempe dari bahan-bahan alternatif selain kedelai.
“Ada 2 kategori lomba yaitu membuat tempe non kedelai dan membuat berbagai olahan berbahan baku tempe. Karena dalam kondisi pandemi, kami menyeleksi kiriman video dari peserta yang jumlahnya 76 video. Ternyata antusias peserta sangat tinggi untuk mengikuti lomba ini,” kata Antarlina di sela-sela acara GITA 2021.
Indonesia memiliki berbagai berbagai jenis kacang-kacangan seperti kacang tunggak, kacang tanah, kacang merah, kacang gude, koro benguk, koro putih, koro pedang, dan lain-lain. Aneka kacang-kacangan ini diolah peserta menjadi tempe. Ada juga peserta yang membuat tempe dari jagung, biji saga, dan jali.
Setelah diseleksi, terang Antarlinta, pemenang pertama diberikan kepada peserta yang membuat tempe dari kacang tunggak dan kacang merah. Pemenang kedua, tempe dari kacang tanah. Sementara juara ketiga, tempe dari kacang gude. Untuk kategori olahan tempe, pemenang pertama yaitu olahan rolade tempe; pemenang kedua, onde-onde; dan juara ketiga pie tempe.
Antarlina menerangkan bahwa untuk membuat tempe non kedelai memerlukan perlakuan khusus saat preparasi biji sebelum difermentasi atau sebelum diberi ragi. Hal itu dilakukan untuk menghilangkan kadar HCN yang bersifat racun. Untuk mempermudah pengupasan kulit, koro pedang, koro benguk dan koro putih harus direbus dengan abu. Selain itu harus dilakukan perendaman dalam waktu tertentu.
Namun untuk hasil akhir, rasa tempe non kedelai sama enaknya dengan tempe dari kedelai. Rasa yang spesifik ada pada tempe dari koro benguk karena karakternya agak kenyal.
Terkait ketersediaan aneka kacang-kacangan, Antarlina mengatakan bahwa belum banyak petani yang menanam karena tidak tahu akan digunakan untuk apa. Melalui festival ini, BPTP Jatim memberikan sosialisasi dan informasi bahwa biji-bijian non kedelai bisa dipakai untuk membuat tempe. Harapannya, pengrajin tempe bisa mengambil biji atau mencari biji, dengan sendirinya produksi aneka kacang-kacangan di tingkat petani akan ditingkatkan.
“Festival tempa ini bertujuan memperkenalkan kacang-kacangan non kedelai untuk pembuatan tempe. Dari tempe itu bisa diolah menjadi berbagai macam produk. Agar tidak bosan makan tempe goreng, kita olah menjadi berbagai macam produk. Harapannya juga mengangkat keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia,” pungkasnya.
Gelar Festival Tempe, BPTP Jatim Kenalkan Aneka Tempe Non Kedelai
