Forum Komunikasi Profesor Riset Kementan Tawarkan 2 Opsi Integrasi Balitbangtan ke BRIN

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dibentuk pemerintah untuk mengintegrasikan kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan (Litbangjirap) di kementerian/lembaga dan daerah. Forum Komunikasi Profesor Riset Kementerian Pertanian (Kementan) menawarkan dua opsi integrasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) di Kementan ke BRIN.

Ketua Forum Komunikasi Profesor Riset Kementan, Tahlim Sudaryanto menjelaskan dua opsi integrasi Balitbangtan ke BRIN adalah soft integration dan intergrasi parsial. Pada opsi soft integration, kelembagaan tetap melekat di Kementan, tetapi program dan anggaran dikoordinasikan oleh BRIN.

Pada opsi ini, keterkaitan riset dengan kebijakan kementerian masih terjaga, tidak menimbulkan gejolak dalam masa transisi. Jika opsi ini dipilih, BRIN memang tidak memiliki full power dalam koordinasi.

Soft integration ini membutuhkan penguatan skema Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-2024. “Saya kira cikal bakalnya adalah program Prioritas Riset Nasional (PRN) dengan perbaikan di sana-sini bisa memenuhi apa yang diinginkan,” kata Tahlim dalam Webinar Dampak Peleburan LPNK Iptek dan Litbang K/L ke BRIN yang digelar Alinea.id pada Kamis (19/8/2021).

Jika opsi soft integration tidak memungkinkan, opsi kedua adalah intergrasi parsial. Pada opsi ini, sebagian unit kerja litbang bertransformasi menjadi lembaga nonlitbang, dan sebagian berintegrasi dengan BRIN. Tahlim mengusulkan beberapa catatan yaitu deadline integrasi Balitbangtan ke BRIN dapat diundur tidak seperti yang ditargetkan per 31 Desember 2021.

Sebagai konsekuensinya, sebagian Jabatan Fungsional Peneliti (JFP) masih dimungkinkan pada lembaga baru yang dibentuk Kementan dan sebagian besar JFP bisa berintegrasi dengan BRIN secara penuh.

Beberapa usulan ini, lanjutnya, mungkin tidak sesuai dengan regulasi yang sudah ada. “Ini adalah pendapat dari Forum Komunikasi Profesor Riset dan peneliti senior di Kementerian Kementerian,” kata Tahlim.

Dampak Integrasi

Tahlim menerangkan bahwa BRIN memiliki tiga opsi integrasi kelembagaan yaitu transformasi kelembagaan total (bedol desa), transformasi kelembagaan parsial, dan unit kerja (UK) Litbang transformasi menjadi lembaga lain. Menurut pandangan Tahlim, tidak ada satupun kementerian atau lembaga yang mengambil opsi ketiga.

Selanjutnya, Tahlim memaparkan perkiraan dampak dari opsi satu dan opsi dua. Pertama terkait dukungan teknologi, kebijakan dan pelayanan lain di Balitbangtan. “Dengan integrasi ini dikhawatirkan terjadi stagnasi apa yang dibutuhkan Kementan tidak bisa secara cepat dapat dihasilkan atau dipenuhi terutama dalam masa transisi,” tuturnya.

Selama ini, terangnya, setiap unit kerja litbang memiliki hubungan khusus dengan mitra eselon satu di Kementan. Misalnya Puslitbang Tanaman Pangan dengan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan lain-lain. Jika terintegrasi dengan BRIN mungkin ada hambatan birokrasi karena sudah berbeda lembaga.

Kedua terkait sumber daya manusia (SDM) Iptek, kemungkinan ada peneliti yang tidak bisa mutasi ke BRIN karena tidak memenuhi kualifikasi. Hal ini dikaitkan dengan fokus BRIN untuk menghasilkan invensi dan inovasi yang lebih banyak ke hilir. Sementara, untuk alih jabatan ke fungsional lain di Kementan sudah tidak bisa karena ada batas usia dan lain-lain.

Pada opsi kedua peneliti bisa terpencar ke beberapa unit kerja di Kementan dan pusat riset di BRIN, padahal sebelumnya berada dalam satu sistem dan saling terkait. “Misalnya peneliti dan penyuluh yang merupakan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan bagi teman-teman yang bekerja di daerah,” lanjutnya.

Selain itu, alih fungsi peneliti ke jabatan fungsional lain mengurangi jumlah peneliti yang mestinya harus terus ditingkatkan.

Webinar tersebut juga menghadirkan narasumber Azyumardi Azra (Guru Besar Sejarah UIN Jakarta), Jan Sopaheluwakan (Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI 2006-2011), Feri Amsari (Direktur Pusat Studi Konstitusi, Universitas Andalas), dan dimoderatori oleh Khudori (Pemimpin Redaksi Alinea.id).

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author