Jakarta, Technology-Indonesia.com – Gundukan sekam yang tinggi di belakang penggilingan padi merupakan pemandangan lumrah di sentra-sentra produksi. Proses penggilingan padi menghasilkan limbah sekam yang jumlahnya sangat banyak. Setiap butir gabah kering giling (GKG) sekitar 20 persennya merupakan sekam.
Jika produksi padi Indonesia tahun 2019 sekitar 54,60 juta ton GKG, maka akan menghasilkan sekam padi sekitar 10,81 juta ton. Sekam padi tersebut nyaris tak bernilai dan belum dimanfaatkan secara optimal.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) berhasil mengembangkan produk silika (SiO2) berukuran nanometer dari sekam padi atau dikenal nanobiosilika. Peneliti nanobiosilika BB Pascapanen, Hoerudin mengatakan teknologi proses yang dikembangkan mampu menghasilkan produk nanobiosilika dengan kandungan SiO2 hingga 97-99 persen dengan luas permukaan spesifik lebih dari 200 m2/g.
Hoerudin menjelaskan pada tiap satu ton sekam dapat menghasilkan sekitar 150-200 kg SiO2. Di industri, SiO2 banyak dimanfaatkan untuk produk karet, cat, semen, keramik, kaca, logam, elektronik, farmasi, kesehatan, pangan, pupuk dan pestisida.
“Hal unik lainnya, partikel nanobiosilika dari sekam padi berukuran nanometer (20 – 100 nm), sehingga dapat meningkatkan performa produk akhir,” ujar Hoerudin.
Hasil riset Balitbangtan tersebut langsung digaet industri kompon karet, PT Triangkasa Lestari Utama (TLU). Setelah riset lanjutan bersama selama tiga tahun, kini telah siap dipasarkan produk inovatif eco-friendly sneakers (sepatu untuk aneka aktivitas yang ramah lingkungan) berbahan produk dan limbah pertanian.
David C.S. Ilot, Direktur PT TLU, yang juga seorang material technologist mengatakan material sneakers ini dirancang nonpolutan dan akan terdegradasi secara alamiah setelah masa pakai, sehingga ramah lingkungan. Komponen utama eco-friendly sneakers ini antara lain serat rami yang lembut dan kuat, serat bambu antibakteri, kapas, karet alam, minyak kelapa, dan tentunya nanobiosilika dari sekam padi.
“Solnya yang ramah lingkungan diinjeksi nanobiosilika dari sekam padi hasil riset Balitbangtan,” tutur David.
Lebih jauh, ia menuturkan injeksi nanobiosilika dari sekam padi menghadirkan alas kaki dengan fleksibilitas tinggi (kuat dan lentur, tidak kaku), daya cengkeram tinggi (antislip) pada kondisi basah sekalipun, tetap ringan, sehingga nyaman dan aman dipakainya.
“Dengan sifat uniknya itu, nanobiosilika dari sekam padi mampu mengungguli kinerja silika komersial impor yang selama ini digunakan pada produk karet kami,” ungkap David.
Kepala Balitbangtan Dr. Fadjry Djufry mengatakan produk nanobiosilika dari sekam padi sebelumnya telah dikembangkan Balitbangtan dalam bentuk cair dan penerapannya mampu mengoptimalkan produktivitas padi. Kini, Balitbangtan telah berhasil mengembangkan produk inovatif baru nanobiosilika serbuk dari sekam padi yang mampu meningkatkan kinerja eco-friendly sneakers yang unik.
“Hal ini dengan sendirinya akan meningkatkan pendapatan industri penggilingan padi, pendapatan petani, menghemat devisa negara, sekaligus mengatasi masalah lingkungan akibat pembuangan dan pembakaran sekam secara sembarangan,” pungkasnya. (Sumber Balitbangtan)