Jakarta, Technology-Indonesia.com – Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Akibatnya, anak lebih pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya. Umumnya hal ini disebabkan asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita stunting di Indonesia cukup tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO yaitu 20%. Pada 2018, di Asia Tenggara, Indonesia menempati posisi ke-3 untuk jumlah stunting terbanyak. Walaupun jumlahnya turun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, masih ada 3 dari 10 balita Indonesia yang mengalami stunting.
Data terakhir di laman publikasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menyebutkan bahwa dari 83.145 Balita di Kaltim terdapat 17.432 balita stunting. Pendataan, yang lakukan melalui pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) secara online ini telah mencakup semua wilayah di Kaltim.
Kasus stunting terbanyak berada di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Sangat disayangkan mengingat Kab. Kukar merupakan wilayah yang memiliki sektor pertanian yang cukup dominan.
Untuk mendukung upaya pemerintah mengatasi persoalan kekerdilan (stunting), Kementerian Pertanian menawarkan Inpari Nutri Zinc, varietas padi sawah yang kaya kandungan Zn, salah satu zat yang penting untuk mengatasi masalah stunting.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Dr. Fadjry Djufry pada sebuah rilis mengatakan hadirnya inovasi varietas pangan fungsional ini dalam rangka percepatan hilirisasi teknologi pertanian. Riset-riset Balitbangtan mulai 2020 dibumikan atas kebutuhan masyarakat, petani dan pelaku usaha.
Varietas yang dilepas pada tahun 2019 ini mulai diadaptasikan pada beberapa wilayah di Indonesia, salah satu di wilayah Kaltim. Tim Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Kaltim telah melakukan uji adaptasi varietas ini di Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) BPTP di Samboja, Kab. Kukar.
Kepala BPTP Kaltim, Dr. Muh Amin menyatakan uji adaptasi pertama Inpari Nutri Zinc di lakukan di wilayah Kab. Kukar, mengingat kabupaten ini memiliki kasus jumlah balita stunting terbesar di Kaltim. “Untuk itu uji adaptasi dilakukan di wilayah ini (Kukar), agar kita bisa cepat menyebarluaskan pemanfaatan varietas ini dengan rekomendasi budidaya yang tepat dan spesifik lokasi,” ujar Amin kala waktu uji adaptasi dimulai.
Pada Rabu (8/4/2020) dengan didampingi oleh peneliti dan tim IP2TP, Kepala BPTP akhirnya melakukan panen varietas nutri zinc. Varietas ini dikenal agak tahan terhadap WBC biotipe 1, 2; agak tahan HDB patotipe III; memiliki ketahanan blas; serta agak tahan terhadap tungro. Penampakan fisik bulir padinya terlihat cukup bernas, dengan deretan bulir padi yang padat pada setiap tangkainya. Suatu hasil yang cukup menggembirakan bagi tim BPTP mengingat kondisi di lahan tanam yang sering terendam air.
Kesuksesan tim BPTP dalam membudidayakan varietas padi Inpari Nutri Zinc selanjutnya akan disebarluaskan pemanfaatannya kepada masyarakat. Amin berharap varietas ini bisa adaptif dan berkembang di Kaltim.
“Ini merupakan salah satu upaya kita untuk mendukung pemerintah dalam mengatasi masalah stunting, khususnya untuk wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Mengingat wilayah Kalimantan Utara masih merupakan wilayah yang harus didampingi dalam kegiatan tim BPTP Balitbangtan Kaltim,” ujar Amin.