Jakarta, Technology-Indonesia.com – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah (Sulteng) melakukan sosialisasi Pola Tanam IP 400 di Kelompok Jamba, Kelurahan Pengawu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu Kamis (15/4/2021). Kegiatan ini diikuti oleh Peneliti/Penyuluh BPTP Sulawesi Tengah, Penyuluh Kelurahan Pengawu dan Kelompok Jamba.
Peneliti BPTP Sulawesi Tengah, Syafruddin menginformasikan bahwa IP 400 adalah Indeks Pertanaman (IP) Padi 400 bertujuan meningkatkan produksi padi nasional tanpa memerlukan tambahan fasilitas irigasi dan pembukaan lahan baru. Konsepnya adalah dalam satu tahun di hamparan sawah yang memiliki irigasi sepanjang tahun, dapat ditanami padi selama empat kali.
Ada empat faktor pendukung sebagai keberhasilan dalam pelaksanaan IP Padi 400 tersebut, antara lain, penggunaan benih varietas padi sangat genjah yang memiliki umur 90-105 hari; pengendalian hama/penyakit terpadu (PHT) dilakukan lebih operasional; pengelolaan hara secara terpadu spesifik lokasi; serta manajemen tanam dan panen yang efisien.
Lahan yang potensial untuk pelaksanaan program in adalah lahan irigasi dengan IP Padi 200, baik dengan irigasi teknis maupun sederhana. Selain itu beliau juga menegaskan, komitmen dari kelompok merupakan hal penting, apa yang sudah diputuskan dan disepakati harus dijalankan secara kompak oleh kelompok.
Ketua Kelompok Jamba, menerima dan berkomitmen untuk melaksanakan pola tanam IP 400 di wilayah mereka. Pada kesempatan ini disepakati bahwa untuk musim tanam ini mereka menginginkan menanam padi varietas baru yang telah diinformasikan oleh BPTP Sulteng yaitu Cakrabuana Agritan.
Padi super genjah ini merupakan varietas unggul baru (VUB) Balitbangtan yang dirakit dan dilepas oleh Balai Besar Penelitian Padi (BB Padi) Sukamandi pada pertengahan 2018. Potensi hasil panennya tergolong sangat tinggi untuk kelompok padi super genjah, karena bisa mencapai 10,2 ton Gabah Kering Panen (GKP)/hektare.
Di lahan sawah, postur tanaman varietas ini cukup pendek karena hanya setinggi 95 cm, sehingga lebih tahan rebah. Anakan varietas ini juga banyak, jika dibudidayakan optimal berkisar 30-40 anakan. Panen dari varietas ini pada umur 104 hari setelah semai (hss) atau setara dengan 75-80 hari setelah tanam (hst).
Hasil gabahnya berbentuk ramping panjang setara Ciherang, sehingga tidak akan ditolak Bandar Beras yang biasa mencari padi Ciherang. Kualitas berasnya juga baik, bening dan tidak ada butir mengapur (chalky) di dalamnya.
Penanaman akan dilakukan pada akhir bulan April dengan sistem tanam benih langsung. Koordinator kegiatan Program Utama Kementerian BPTP Sulteng, Femmi Nor Fahmi menyatakan akan mendukung kelompok melalui pendampingan teknologi dan percontohan di lapangan.