Jakarta, Technology-Indonesia.com – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kepulauan Riau hadir sebagai narasumber kegiatan pelatihan peningkatan pola pikir wirausaha dan pengolahan budidaya cabai rawit kepada kelompok wanita tani (KWT) Jati Makmur (31/7/2021). Pelatihan ini digelar secara daring oleh Bank Indonesia.
KWT Jati Makmur yang beralamat di Tembesi Bengkel, Kelurahan Kibing, Kecamatan Batuaji, Kota Batam mempunyai anggota sekitar 30 orang. KWT yang diketuai Mursiyah, saat ini sedang memiliki semangat menanam. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman hortikultura seperti tanaman cabai dan tanaman obat keluarga (TOGA).
Andi dan Fauzi Rifandi dari Bank Indonesia Kantor Perwakilan Kepri saat membuka acara menyampaikan terkait persiapan pengolahan lahan budidaya yang ada di Tembesi Bengkel, dengan luas 1 hektare (ha). Peneliti BPTP Kepri, Jonri Suhendra Sitompul menyampaikan materi sesi persiapan lahan/pengolahan lahan.
Jonri menjelaskan bahwa pengolahan lahan harus dilakukan dengan pengolahan lahan sempurna. Kegiatan pengolahan lahan harus melibatkan para bapak–bapak (suami), karena ada beberapa kegiatan dalam pengolahan lahan yang tidak bisa dikerjakan ibu-ibu. Contohnya melakukan bajak lahan, pembuatan bedengan, rotari, pemasangan mulsa dan pipanisasi atau pemasangan irigasi dan drainase.
“Sedangkan untuk pengujian pH tanah untuk lokasi demlot budidaya belum memungkinkan untuk dilakukan secara langsung karena status PPKM Kota Batam. Hal tersebut menyebabkan status pH dan kebutuhan kapur lahan belum bisa diketahui. Sebelum tanah diolah (bajak), disarankan kepada petani untuk mengambil sampel tanah untuk dianalisis dengan menggunakan alat perangkat uji tanah kering (PUTK),” jelas Jonri.
Seusai materi pengolahan lahan, Jonri menyampaikan tentang budidaya cabai rawit atau cabai kecil. Cabai rawit merupakan tanaman berumur panjang (menahun), dapat hidup 2-3 tahun apabila dipelihara dengan baik dan unsur haranya terpenuhi/tercukupi. Secara teknis budidaya cabai rawit relatif sama dengan budidaya cabai besar.
Jonri juga menyampaikan penerapan teknologi produksi lipat ganda (Proliga) cabai rawit yang bisa dilaksanakan dengan pemilihan varietas, persemaian sehat, kerapatan populasi, pemenuhan unsur hara, tanah dan air, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT).
“Untuk pengendalian HPT perlu dilakukan tindakan preventif (pencegahan) sebelum adanya serangan HPT dengan melakukan pergiliran penyemprotan pestisida fungisida/insektisida sesuai mekanisme kinerja bahan aktif pestisida. Selain itu, tindakan kuratif (pengendalian) apabila tingkat serangan organism pengganggu tanaman (OPT) tinggi dilakukan yaitu menaikan interval penyemprotan maupun dosis, menganti pestisida dengan bahan aktif yang berbeda dengan pestisida sebelumnya,” tambah Jonri.
Pihak perwakilan Bank Indonesia berharap setelah kondisi sudah mulai normal kembali pelatihan bisa dilakukan secara langsung dan intensif dilapangan dengan pendampingan dari BPTP Kepri. (Sumber BPTP Kepri)