Jakarta, Technology-Indonesia.com – Di bidang pertanian, berbagai varietas unggul baru yang berkembang saat ini merupakan cerminan keragaman hayati. Sedangkan lahan pertanian yang tersebar di Indonesia menjadi bukti keragaman agroekosistem.
Kondisi ini tentu memerlukan kemampuan dalam mengelolanya melalui penerapan teknologi inovatif adaptif untuk agroekosistem tertentu (spesifik lokasi). Sebab, teknologi itu bagus di suatu tempat belum tentu bagus di tempat lain atau tidak mungkin sesuai dengan semua agroekosistem.
Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Priatna Sasmita mengungkapkan hal itu saat membuka acara bimbingan teknis (Bimtek) melalui video conference di BB Padi, Sukamandi, Subang, Jawa Barat (15/5/2020).
Bimtek virtual melalui Zoom ini diikuti 95 peserta dengan berbagai latar belakang profesi dari beberapa provinsi/daerah. Kali kedua untuk pelaksanaan bimtek ini mengambil tema yang tidak kalah menarik dari bimtek sebelumnya yaitu Teknologi Budidaya Padi Produksi Tinggi Spesifik Agroekosistem, dan sebelumnya telah dilaksanakan bimtek dengan tema Teknologi Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat (WBC).
“Target tahun 2020 adalah penanaman di 11 juta hektare (ha) sawah di Indonesia dengan berbagai latar belakang agroeksosistem berbeda. Hal ini menjadi tantangan kita semua, karena setiap agroekosistem memilki potensi pengembangan dan kendala yang berbeda pula. Hal tersebut perlu dikelola secara baik sehingga peningkatan produktivitas dapat dicapai,” kata Priatna.
Kegiatan ini merupakan agenda kegiatan BB Padi sekaligus sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI) Padi yang memiliki tugas utama untuk melakukan penelitian (perakitan teknologi) dan diseminasi terkait dengan perpadian. Agenda Bimtek ini erat kaitannya dengan upaya untuk penguatan dan pengamanan pangan dalam menghadapi pandemi Covid-19 serta menjamin kecukupan pangan (beras) antara lain melalui upaya menggerakan lumbung-lumbung beras di setiap agroekosistem, yang merupakan bagian tugas Kementerian Pertanian sebagai garda terdepan dalam pengamanan pangan.
Kepala BB Padi berharap instansi terkait dan para pengguna teknologi bersama-sama menyiapkan teknologi spesifik agroekosistem termasuk varietas, dan teknologi budidaya atau teknologi pendukung lainnya.
Peneliti budidaya pertanian sekaligus Ketua Kelompok Peneliti (Kelti) Agronomi BB Padi, Zuziana Susanti menjadi narasumber bimtek dengan topik “Teknologi Budidaya Padi Produksi Tinggi Spesifik Agro-Ekosistem”. Zuziana mengatakan untuk mencapai produksi tinggi terdapat tujuh poin yang diharapkan bersinergi dengan baik yaitu pengolahan tanah, sistem tanam, varietas unggul baru, perlakuan benih, pupuk dan pemupukan, pengelolaan air dan pengendalian gulma.
“Jajar Legowo Super merupakan paket teknologi ideal yang diharapkan dapat memaksimalkan hasil melalui penerapan kombinasi semua faktor-faktor produksi terbaik dari pengolahan tanah, sistem tanam, pemilihan varietas unggul, pengelolaan air dan gulma, hama penyakit tanaman, sampai dengan pasca panen. Namun demikian, penerapan sistem ini secara terintegrasi di tingkat petani dan tidak setengah-setengah menjadi kunci keberhasilannya,” tegas Zuziana.
Pelaksanaan Bimtek dilanjutkan dengan diskusi dari seluruh peserta yang sangat antusias mengikuti jalannya Bimtek ini. Peserta merasa puas karena bisa mendapatkan informasi baru mengenai teknik budidaya yang tepat terutama di lahan irigasi. Berbagai permasalahan yang mereka kemukakan sepanjang jalannya diskusi mendapatkan jawaban yang cukup memuaskan dari narasumber.
Bimbingan teknis secara virtual ini semakin menjadi wahana sharing dan umpan balik yang efektif dan efisien pada kondisi saat ini. Melalui media ini, diharapkan berbagai teknologi di BB Padi tetap dapat menyebar secara luas kepada seluruh pengguna teknologi dari berbagai kalangan di seluruh Indonesia. (BB Padi -Shr/YW/PS)