Balitbangtan Gandeng Cap Lang Produksi Massal Antivirus Corona Berbasis Eucalyptus

Bogor, Technology-Indonesia.com – Prototipe produk antivirus corona berbasis eucalyptus, hasil riset Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) – Kementerian Pertanian yang diluncurkan pada awal Mei 2020 menarik minat banyak pihak. PT Eagle Indo Pharma, perusahaan swasta nasional yang dikenal dengan merk dagang Cap Lang pun tertarik melakukan komersialisasi produk invensi Balitbangtan tersebut.

Kepala Balitbangtan Dr. Ir. Fadjry Djufry M,Si mengatakan pada masa pandemi Covid-19, Balitbangtan berhasil melahirkan invensi yang siap dikembangkan menjadi inovasi unggul yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Prototype produk antivirus corona berbasis eucalyptus yang dihasilkan Balitbangtan dikemas dalam bentuk roll on, balsam, minyak aromaterapi, inhaler dan kalung aromaterapi.

PT Eagle Indo Pharma, terangnya, akan melisensi tiga produk yaitu inhaler, roll on dan kalung aromaterapi. “Balitbangtan hanya bisa menghasilkan prototipe, tidak mungkin bisa memproduksi secara massal. Sebagai Kepala Badan Litbang Pertanian, saya merasa senang karena PT Eagle Indo Pharma sudah berpengalaman dan punya reputasi tinggi,” kata Fadjry saat Penandatangan Perjanjian Lisensi Formula Antivirus Berbasis Minyak Eucalyptus antara Balitbangtan dengan PT Eagle Indo Pharma, di Bogor pada Senin (18/5/2020).

Berdasarkan hasil pengujian Balitbangtan terhadap berbagai tumbuhan yang berpotensi sebagai antivirus corona, disimpulkan bahwa yang paling efektif ditemukan adalah pada tanaman eucalyptus yang memiliki kandungan senyawa aktif 1,8-cineole (eucalyptol).

Beberapa prototype teknologi berbasis minyak eucalyptus sebagai antivirus yang dihasilkan atas kolaborasi beberapa unit kerja di bawah Balitbangtan yakni, Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet), Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen), dan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) telah terdaftar paten.

Produk teknologi berbasis eucalyptus yang terdaftar paten adalah Formula Aromatik Antivirus Berbasis Minyak Eucalyptus dengan nomor pendaftaran paten P00202003578, Ramuan Inhaler Antivirus Berbasis Eucalyptus dan Proses Pembuatannya (nomor pendaftaran paten P00202003574), dan Ramuan Serbuk Nanoenkapsulat Antivirus Berbasis Eucalyptus (nomor pendaftaran paten P00202003580). Ketiga produk tersebut yang dikerjasamakan dengan PT Eagle Indo Pharma secara eksklusif.

Selanjutnya yang sedang dalam proses pengajuan paten adalah Minyak atsiri eucalyptus citridora sebagai antivirus terhadap virus avian influenza subtipe H5N1, gammacorona virus, dan betacoronavirus.



Kerjasama Balitbangtan dengan PT Eagle Indo Pharma sebagai mitra lisensi merupakan upaya hilirisasi invensi yang telah dihasilkan Balitbangtan dan sebagai wujud pengembangan invensi menjadi inovasi yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat secara luas. Produk-produk tersebut, terang Fadjry, sifatnya untuk pencegahan. “Dengan menggunakan inhaler atau roll on, virus corona tidak mendekat sehingga kita bisa memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19,” terangnya.

Sebagai mitra kerja sama, PT Eagle Indo Pharma berkewajiban memproduksi teknologi dengan supervisi dari Balitbangtan. Kompensasi dari kegiatan komersialisasi tersebut, Balitbangtan nantinya akan mendapatkan imbalan royalti atas penjualan produk/teknologi yang dikembangkan. Kerja sama ini diharapkan mempercepat proses pengembangan produk agar bisa digunakan masyarakat sebagai upaya dalam pencegahan pengembangan pandemi virus corona.

Sembari menunggu ijin edar terbit, Fadjry menuturkan pihaknya melakukan berbagai uji efektivitas secara bertahap. “Sambil melengkapi data dukung untuk menjadi obat herbal terstandar bisa sembari jalan, yang penting bisa tersedia di masyarakat dahulu. Kita ikuti regulasi dan prasyarat yang harus dipersiapkan. Harapan saya bisa segera tersedia di masyarakat,” tuturnya.

Pada kesempatan tersebut, Fadjry berharap PT Eagle Indo Pharma dapat menyerap hasil-hasil eucalyptus yang ditanam petani di seluruh Indonesia. “Seperti petani di Lampung dan Medan yang sudah mengembangkan beberapa jenis eucalyptus yang sesuai dengan formula yang kita kembangkan,” kata Fadjry.



PT Eagle Indo Pharma merupakan perusahaan swasta nasional yang dikenal dengan merk dagang Cap Lang memiliki produk-produk berkualitas yang ada di pasaran. “Dari awal PT Eagle Indo Pharma sudah melakukan pengembangan terhadap produk-produk eucalyptus, jauh sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Pada tahun 2002, pada saat SARS merebak, kami sudah mengembangkan salah satu produk berbasis eucalyptus yaitu eucalyptus disinfektan spray,” ungkap Susanti Halim, Chief Executive Officer PT Eagle Indo Pharma.

Susanti juga menyampaikan komitmen PT Eagle indo farma dan PT Borden Eagle Indonesia untuk memproduksi dan mendistribusikan produk ini setelah mendapatkan nomor registrasi. “Terima kasih juga atas kepercayaan Balitbangtan kepada kami untuk memproduksi produk-produk ini sebagai produk unggulan Indonesia yang bisa kita sebarkan di seluruh Indonesia dan dunia,” tuturnya.

Selain eucalyptus, PT Eagle Indo Pharma mempunyai lini produksi minyak kayu putih (Cajuput oil) yang berkolaborasi dengan minyak atsiri lainnya seperti lavender atau green tea. “Dalam pengembanganya kami akan mengarah ke arah sana, uji yang kita lakukan sudah memakai 1,8-cineole. Kami percaya produk ini bisa membantu untuk penanggulangan Covid-19,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author