Balitbangtan Distribusikan 4 Ribu Benih Jeruk untuk Agrowisata Wonogiri

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Perbenihan merupakan salah satu faktor kunci untuk menentukan keberhasilan agribisnis jeruk. Benih yang berkualitas akan menghasilkan tanaman yang sehat dan mampu berproduksi dengan baik dan berumur panjang dengan didukung teknologi budidaya yang tepat.

Menanggapi permintaan dari beberapa pemerintah daerah akan benih unggul, pada Kamis (9/4/2020) Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropika (Balitjestro) mengirimkan 4 ribu benih jeruk keprok Batu 55 ke Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Sebelumnya, 4 ribu benih jeruk yang sama juga telah didistribusikan ke Kabupaten Boyolali.

Kepala Balitjestro, Dr. Harwanto mengatakan benih ini nantinya akan dikembangkan di Desa Setren, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri. Wilayah ini memiliki agroklimat yang sesuai dengan keprok Batu 55 yaitu di dataran tinggi.

“Pengembangan jeruk ini nantinya akan diarahkan untuk wisata petik. Harapannya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan desa sekaligus peningkatan ekonomi dengan di dukung pengelolaan yang benar dengan mengaplikasikan PTKJS (Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat),” ujar Harwanto.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Dr. Fadjry, Djufry dalam keterangan tertulisnya menyampaikan bahwa benih adalah salah satu sarana budidaya tanaman yang mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam upaya peningkatan produksi dan mutu hasil budidaya tanaman, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat.

Karena itu sistem perbenihan tanaman harus mampu menjamin tersedianya benih bermutu secara memadai dan berkesinambungan. “Terkait budidaya jeruk, Balitbangtan memiliki Teknologi Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS), selain itu Balitbangtan juga memiliki benih sumber Blok Fondasi (BF) dan Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) bebas penyakit yang telah tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia,” terangnya.

Yang tidak boleh dilupakan, terang Fadjry, adalah bahwa inovasi teknologi seperti varietas unggul yang telah dihasilkan oleh Balitbangtan harus dibumikan, didiseminasikan. “Tentu saja varietas-varietas yang siap guna dan bukan uji coba,” lanjutnya.

PTKJS merupakan paket teknologi yang dirakit dari beberapa komponen yang harus diaplikasikan pada budidaya jeruk. Komponen tersebut yaitu penggunaan benih jeruk berlabel dan bebas penyakit, pengendalian hama penular penyakit CVPD/Huanglongbing, Penerapan sanitasi kebun, pemeliharaan tanaman secara optimal dan konsolidasi pengelolaan kebun pada suatu kawasan.

Varietas jeruk Keprok Batu 55 memiliki keunggulan akan warnanya yang oranye dengan rasa manis sedikit asam segar. Produktivitas jeruk antara 50 – 70 kg/pohon/tahun dan bisa lebih. Dengan penampilannya buah ini tidak kalah dengan buah impor, yang banyak beredar di pasaran.

Perkembangan terakhir, FAO menempatkan Indonesia urutan ke-3 dunia produsen jeruk di kelompok mandarin dan tangerine dengan produksi 2 juta ton per tahun. Sementara itu data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi jeruk keprok/siam nasional tahun 2018 sebesar 2.408.043 ton yang berasal dari hampir semua provinsi. Kondisi ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2017 yang berada di 2.165.189 ton.

Daerah penghasil jeruk terbesar 2018 adalah Jawa Timur dengan 918.680 ton kemudian Sumatera Utara 409.683 ton, Bali 224.672 ton, Kalimantan Selatan 144.764 ton dan Kalimantan Barat 142.917 ton. (Balitjestro/Aminuddin Fajar)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author