Jakarta, Technology-Indonesia.com – Riset dan inovasi merupakan faktor penting untuk pembangunan pertanian yang memerlukan kolaborasi dengan berbagai lembaga. Untuk memudahkan kolaborasi tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mengembangkan sistem informasi AKIRA.
AKIRA atau Akselerasi Kolaborasi Riset dan Inovasi Pertanian merupakan sistem informasi kolaboratif yang berfungsi sebagai penghubung yang dapat mempercepat proses kolaborasi antarlembaga riset sehingga invensi yang dihasilkan dapat segera terserap oleh industri pangan dan pertanian.
Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry mengungkapkan bahwa Balitbangtan mempunyai berbagai kegiatan riset terpadu antara lain Riset Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK), I-CARE (Integrated Corporation of Agricultural Resources and Empowerment), serta kerja sama riset dengan lembaga riset nasional dan internasional. Karena itu, Fadjry mendorong pengembangan sistem informasi yang dapat memudahkan riset kolaboratif dengan berbagai pihak dan menjawab tantangan manajemen riset pertanian nasional.
“AKIRA dapat memfasilitasi kolaborasi antara stakeholder melalui kebijakan afirmatif untuk menyiapkan program dan kegiatan yang menghasilkan inovasi sesuai kebutuhan pengguna dan mendapatkan feedback yang cepat, tepat, dan akurat,” ungkap Fadjry dalam FGD Meeting AKIRA yang digelar pada Senin (27/9/2021).
AKIRA dirancang sesuai dengan tren dunia riset yang memasukkan informasi kepakaran dalam bentuk database terpadu. Beberapa keunggulan AKIRA antara lain mudah digunakan karena berbasis sistem CMS (content management system) yang terkenal responsif, tersedia dalam bentuk aplikasi sehingga memudahkan proses pendaftaran dan kolaborasi, mempunyai sarana dan prasarana yang mumpuni, serta didukung oleh sumber daya manusia yang handal.
“Kita berharap AKIRA dapat menjadi sistem informasi satu atap yang komprehensif sehingga dapat mempercepat kolaborasi antara Balitbangtan dengan berbagai pihak. Sistem informasi AKIRA ini akan beroperasi penuh pada Oktober 2021,” ucap Sekretaris Balitbangtan Haris Syahbuddin yang merupakan penggagas dari AKIRA.
Sistem informasi ini pun mendapat respons yang positif dari berbagai pihak. Salah satunya oleh Jean Marc Roda, Direktur of Regional Asia dari CIRAD. “Kita perlu inovasi di dunia pertanian dan salah satu solusinya adalah bekerja sama dengan orang-orang di berbagai negara. AKIRA merupakan suatu gagasan yang bagus,” ucapnya.
Senada, Jean-Balie, Director General of International Rice Research Institute (IRRI) mendukung inovasi AKIRA untuk kolaborasi riset yang lebih baik. “Cara berpikir linear perlu diubah. Kita perlu mengadopsi pendekatan work together, membawa peneliti serta ilmuwan sosial untuk menjawab berbagai problem.”
Selain itu, Astu Koseki, peneliti dari SAKATA Seed Corp menilai jika AKIRA menjadi peluang untuk inovasi masa depan. “AKIRA dapat menjadi program berkelanjutan untuk inovasi, riset, dan pengembangan pertanian. Dengan sistem informasi, ilmu pengetahuan dapat diteruskan kepada generasi selanjutnya,” paparnya.
Lebih lanjut, Tomohiro Kamogawa, konsultan HIRATA mengungkapkan AKIRA dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait. “AKIRA dapat membantu hubungan jangka panjang mulai dari pencarian sumber daya baru, kolaborasi peneliti, diseminasi hasil riset yang akan berguna bagi petani lokal, dan investasi jangka panjang,” tuturnya.
Dengan demikian, jaringan komunikasi antarlembaga riset tersebut diharapkan mampu menghasilkan berbagai inovasi teknologi dan invensi menghadapi tantangan di dunia pertanian. Hal ini sekaligus menjawab tantangan untuk meningkatkan nilai komoditas pertanian berbasis spesifik lokasi.
Untuk diketahui, Balitbangtan terus melakukan riset kolaboratif mulai dari pengembangan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, pengelolaan tanah, hingga pascapanen pertanian. Berbagai pihak telah digaet mulai dari pemerintah daerah, perguruan tinggi, pelaku industri, maupun lembaga riset internasional. (Sumber Balitbangtan)