Upaya Mengurangi Kadar CO2

Jakarta – Sering mengalami antrean bahkan kemacetan ketika berpergian menggunakan kendaraan bermotor? Pasti hal itu sangat membosankan juga berdampak pada kesehatan dan kerusakan lingkungan. Penyebabnya bahan bakar kendaraan bermotor hingga kini masih andalkan bahan bakar fosil.

Bahan bakar fosil ini mampu merusak lingkungan karena mengemisikan (menghasilkan) gas buangan yaitu gas karbondioksida (CO2). Dalam kadar kecil CO2 memang tidak berbahaya bahkan dibutuhkan untuk proses pernafasan manusia. Namun jika kadarnya melebihi batas baik paparan jangka pendek maupun jangka panjang, maka akan berubah membahayakan kesehatan.

Peningkatan jumlah gas CO2 di lapisan atmosfer mampu mengubah status iklim dalam beberapa dekade terakhir ini. Bahkan menurut laporan dari Global Carbon Budget, emisi gas ini mencapai 40.6 milyar ton pada 2016. Masalah besar ini kerap dibicarakan kalangan akademisi dan industri.

Beberapa tahun terakhir, teknologi telah dikembangkan untuk mengatasi masalah gas CO2, seperti penyerapan menggunakan zat padat berpori, penyerapan dari bahan material senyawa amin, dan metode pemisahan. Diantara metode tersebut, hal yang menjanjikan untuk dikembangkan adalah pengembangan zat padat berpori.

Zat padat berpori adalah serbuk yang diinovasikan oleh peneliti dari Universitas Waterloo, Kanada yang tercantum pada publikasi yang berjudul In-situ ion-activated carbon nanospheres with tunable ultramicroporosity for superior CO2 capture. Pemilihan zat padat berpori yang nantinya akan dikembangkan karena kemudahan operasional dalam berbagai kondisi karena tahan pada suasana asam maupun basa, stabil pada kondisi panas, dan mudah serta cepat dalam regenerasi.

Hingga akhirnya penelitian hasil kerjasama antara Universitas Waterloo dengan beberapa universitas di China ini dipublikasi dalam jurnal Carbon . Disebutkan serbuk karbon  ini dikembangkan dengan proses terbaru sehingga dapat menyaring dan menghilangkan gas CO2 kendaraan bermotor maupun mesin industri yang dijalankan menggunakan bahan bakar fosil.  

Proses Pembuatan

Pembuatan diawali reaksi hidrotermal larutan glukosa pada suhu 190 derajat C selama 24 jam. Endapan yang didapatkan kemudian dicuci dan disaring beberapa kali dengan air deionisasi dan etanol hingga dinantinya didapatkan suatu serbuk. Serbuk ini nantinya dikeringkan pada suhu 80 derajat C selama semalam hingga berwarna coklat. Serbuk coklat tersebut kemudian dikalsinasi (dipanaskan) pada suhu antara 200-350 derajat C selama 5 jam.

Serbuk coklat yang sudah didapatkan tadi, direndam dengan larutan KOH dengan perbandingan 1:1, (KOH berfungsi sebagai precursor). Setelah pengadukan selama 6 jam pada suhu 80 derajat C, campuran kemudian disaring dan material padat kemudian dipisahkan untuk dicuci dengan air deionisasi hingga pH menjadi netral.  Sampel tadi dilakukan perngeringan dengan vacuum oven selama 8 jam pada suhu 80  derajat C. Serbuk tadi dikarbonisasi pada suhu 800 derajat C selama 1,5 jam dengan rata-rata pemanasan 3 derajat C permenit pada udara argon. Serbuk kemudian diencerkan dengan larutan HCl dengan pengadukan, dan dicuci kembali dengan air deionisasi hingga pH netral. Serbuk karbon inilah yang nantinya dapat diaplikasikan.

Penulis : Fitriana, UGM

You May Also Like

More From Author