Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) telah melahirkan berbagai program dan kebijakan selama empat tahun ini sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Teknologi dan inovasi tepat guna yang dirasakan langsung manfaatnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi prioritas program kerja Kemenristekdikti.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir saat menyampaikan capaian Kinerja Kemenristekdikti Selama 4 tahun pada Jumpa Pers Forum Merdeka Barat di Gedung Serbaguna Sekretariat Negara Jakarta, Selasa (23/10/2018). Topik yang diangkat adalah Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan dan Kebijakan Afirmatif.
Sebagai negara agraris, Kemenristekdikti mendorong dan mengawal perguruan tinggi untuk melahirkan inovasi di bidang pertanian dan perkebunan. Salah satu hasil yang menonjol adalah produk inovasi padi IPB 3 S dari Institut Pertanian Bogor (IPB).
“Benih unggulan dari IPB ini dapat meningkatkan produksi padi petani hingga rata-rata 7 ton. Benih unggulan ini telah di tanam di 65 ribu hektare lahan pertanian di 16 provinsi. Tahun 2018 produksi benih komersial seluas 44 hektare di Jawa, Sumatera, Kalimantan, NTB, dan Maluku Utara,” jelas Menristekdikti.
Sebagai negara kepulauan, Kemenristekdikti juga menaruh perhatian bagi kesejahteraan nelayan di tanah air. Berbagai produk inovasi telah dilahirkan untuk meningkatkan perekonomian para nelayan. Salah satunya adalah Konverter Kit Motor Perahu Nelayan yang dapat menghemat bahan bakar nelayan ketika pergi melaut.
Selain itu di bidang maritim juga ada inovasi Garam Pro Analisa dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Garam Pro Analisa mempunyai tingkat kemurnian 99,0% -100,5% dan biasa digunakan untuk keperluan laboratorium dan industri
“Dari hasil uji terap diketahui bahwa terjadi penghematan yang signifikan. Biasanya nelayan melaut per hari membutuhkan Rp.30.000,- untuk kapal bermesin 2 tak. Dengan konverter kit menjadi hanya Rp. 3.000, per hari melaut. Sedangkan Garam Pro Analisa ini lebih murah 20 – 30 % dari produk impor dan dapat menjadi salah satu produk substitusi impor garam, “ jelas Menteri Nasir.
Kemenristekdikti juga telah melahirkan inovasi untuk mendukung perajin batik di tanah air. Produk Inovasi karya Institut Teknologi Bandung (ITB) Otomatisasi Mesin Batik Fotonik. Mesin Batik Fotonik digunakan sebagai substitusi sinar matahari pada proses penjemuran batik untuk aktivasi warna batik, sehingga produktivitas pengrajin batik Indonesia tidak lagi terpengaruh dengan cuaca.
Kebijakan Afirmatif
Kemenristekdikti berhasil merealisasikan berbagai target dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi, kemampuan iptek dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Melalui program afirmasi ini, putra-putri bangsa yang memiliki potensi akademik dan berasal dari kalangan tidak mampu mendapatkan pembiayaan penuh untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Selain biaya pendidikan, penerima Bidikmisi juga menerima uang saku bulanan untuk kebutuhan sehari-sehari. Hal ini bertujuan meringankan beban orang tua penerima bidikmisi yang berasal dari kalangan tidak mampu.
Menristekdikti memaparkan, kuota penerima Bidikmisi meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia dan menunjukkan keberpihakan Pemerintah bagi kalangan tidak mampu untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.
“Jumlah penerima Bidikmisi selalu meningkat setiap tahunnya. Mulai dari 199.408 mahasiswa pada tahun 2014, menjadi 339.348 mahasiswa pada tahun 2017. Target kami pada tahun 2018, penerima Bidikmisi sebanyak 368.961 mahasiswa,” ungkap Menristekdikti.
Penerima Bidikmisi menunjukkan prestasi akademik yang menggembirakan di perguruan tinggi.“82,83% penerima Bidikmisi memperoleh IPK diatas 3. Alumni Bidikmisi juga menunjukkan prestasi menggembirakan, baik bekerja di perusahaan swasta, BUMN, Guru maupun yang berwirausaha,” jelasnya.
Selain Program Bidikmisi, Kemenristekdikti juga memiliki Kebijakan Afirmatif lainnya yaitu Program Beasiswa Afirmasi Pendidikan Papua dan Daerah 3T. Program ini bertujuan meningkatkan putra putri Papua dan Daerah 3T untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Pada 2014 penerima manfaat program ini sebanyak 1.673 mahasiswa. Pada 2018 ditargetkan 5.743 mahasiswa mendapatkan manfaat dari program ini.
“Setiap tahunnya, Kemenristekdikti memberikan perhatian khusus kepada putra putri dari daerah Papua dan Daerah 3T untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Disamping mendapatkan beasiswa, mereka mendapatkan kuota khusus di perguruan tinggi negeri dengan seleksi tersendiri. Hasilnya juga menggembirakan, 31% peserta program ini meraih IPK diatas 3,”ujar Menristekdikti.
Kemenristekdikti juga turut aktif membantu korban bencana alam di Lombok dan Palu. Berbagai bantuan pendidikan bagi korban bencana baik bersifat materil maupun bersifat kebijakan diberikan Kemenristekdikti kepada para korban. Kemenristekdikti menyalurkan 4000 beasiswa PPA dan 2000 Bidikmisi Kepada mahasiswa korban bencana di Lombok. Sedangkan untuk korban bencana alam di Palu, Kemenristekdikti menyalurkan 2000 beasiswa PPA dan 3000 Bidikmisi.
Kemenristekdikti didukung 38 Perguruan Tinggi Negeri juga mengeluarkan kebijakan sit in dan transfer kredit bagi korban bencana gempa dan Tsunami di Palu. Dengan kebijakan ini mahasiswa korban bencana Palu dapat melanjutkan kuliah dengan skema sit-in di 38 PTN.
Selain Menristekdikti, hadir juga sebagai narasumber dalam jumpa pers ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Desa PDTT Eko Putro Sandjojo, Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.