Jakarta, Technology-Indonesia.com – Profesi peneliti hingga saat ini memang masih relatif asing di kalangan generasi muda. Namun keberadaan peneliti ternyata menjadi kunci kemajuan bangsa melalui pengembangan iptek dan inovasi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan mitra internasional memberikan peluang pengembangan diri bagi peneliti untuk mendapatkan pengalaman bersaing di kancah global.
Melalui kemitraan global, LIPI terus mendorong inovasi sains dan teknologi serta membangun hubungan people to people dalam merespon berbagai tantangan. Saat ini telah banyak kolaborasi sains dan teknologi telah terjalin dalam berbagai bidang untuk meningkatkan konektivitas peneliti dengan isu-isu global.
“Beberapa diantara kemitraan yang telah di bangun LIPI yakni kemitraan dengan Japan Society for the Promotion of Science (JSPS) untuk penyelenggaraan HOPE Meeting dan kemitraan dengan National Research Foundation (NRF) untuk pertukaran peneliti dan staf pendukung,” ungkap Plt. Kepala Biro Kerjasama, Hukum dan Humas LIPI, Mila Kencana dalam Sharing Knowledge: Young Researchers Contribute to Global Challenge pada Senin (13/5/2019) di Jakarta.
Mila menjelaskan, untuk memajukan sains dan teknologi diperlukan peneliti muda berbakat yang memiliki perspektif luas yang lintas disiplin, individu kreatif yang berasal dari budaya yang berbeda.
“Kegiatan HOPE Meeting misalnya, berperan besar dalam memfasilitasi para ilmuwan muda yang telah meraih gelar doktor untuk terlibat dalam diskusi interdisipliner dengan para penerima Penghargaan Nobel dan ilmuwan terkemuka lainnya,” jelas Mila.
HOPE Meeting telah diselenggarakan oleh JSPS sejak 2008. Sejak pertama kali diselenggarakan, LIPI telah mengirim puluhan peneliti untuk mengikuti ajang prestisius bagi ilmuwan muda tersebut.
Nanang Masruchin, peneliti bidang material maju berbasis selulosa dari Pusat Penelitian Biomaterial LIPI menjelaskan momen berinteraksi dan berdikusi langsung dengan penerima Penghargaan Nobel adalah kesempatan langka sekaligus momen terbaik.
“Bertemu dan berbincang langsung dengan penerima Penghargaan Nobel seperti Prof. Brian Schmidt menjadi motivasi bagi saya untuk terus melakukan penelitian yang bisa mendapat pengakuan internasional untuk Indonesia,” jelas Nanang.
Ia berharap suatu saat ada perain Penghargaan Nobel yang berasal dari Indonesia atau berafiliasi dengan institusi riset yang ada di Indonesia.
Nanang melanjutkan, keikutsertaan di ajang HOPE Meeting juga memungkinkan terbukanya kolaborasi dengan peneliti-peneliti internasional, terutama untuk lingkup Asia Pasifik. “Kolaborasi ini bukan hanya untuk mendukung proyek penelitian pribadi saja, namun juga membuka peluang kerja sama sampai ke tingkat lembaga,” ungkapnya.
LIPI juga telah menjalin kerja sama dengan National Research Foundation (NRF) di Korea untuk memberikan kesempatan bagi peneliti serta staf pendukung untuk melaksanakan program pertukaran di bidang iptek. Pertukaran tersebut dilakukan dalam rangka mempromosikan dan mengembangkan kerja sama iptek.
Selain mengirimkan peneliti dan staf ke Korea, LIPI juga menerima para ahli Korea untuk berbagi pengalaman dan kemampuan dengan sivitas LIPI. Sejak kemitraan ini dikukuhkan tahun 2016, LIPI telah mengirimkan sembilan sivitas ke universitas maupun lembaga penelitian di Korea.