Kemenristekdikti Dorong Perguruan Tinggi Kembangkan Produk Unggulan Berbasis SDA

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Paten domestik (dalam negeri) yang didaftarkan di Indonesia dibandingkan negara-negara ASEAN terus meningkat. Dari peringkat ketiga pada 2015 dengan 1.058 paten, Indonesia kini menjadi negara di ASEAN dengan paten domestik tertinggi yaitu 2.842 paten.

Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Jumain Appe mengungkapkan pihaknya mengevaluasi terhadap seluruh paten tersebut. Potensi dari paten-paten untuk menjadi produk inovasi sangat besar.

“Di Institut Pertanian Bogor (IPB) misalnya, jumlah patennya sangat besar begitu juga produk inovasinya. Paten-paten tersebut kita dorong menjadi suatu produk yang inovatif dan komersial,” tutur Jumain di sela Workshop Tindaklanjut Hasil Rakernas Kemenristekdikti 2019 Bidang Penguatan Inovasi di Jakarta pada Selasa (29/1/2019).

Selain meningkatkan inovasi, Kemenristekdikti juga mendorong agar perguruan tinggi produk-produk unggulan wilayah berbasis sumber daya alam. Misalnya, Universitas Sam Ratulangi di bidang industri kelapa terpadu. Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin mengembangkan air kelapa untuk memulihkan membran telinga yang mengalami kebocoran. Universitas Syiah Kuala mengembangkan minyak nilam sebagai bahan baku parfum.

Pada kesempatan tersebut, Rektor IPB, Arif Satria mengatakan IPB memiliki sekitar 460 inovasi prospektif yang merupakan 39% inovasi yang ada di Indonesia. Dari inovasi prospektif tersebut, sekarang yang dalam proses hilirisasi sebagian sudah spin off dan sebagian lagi dalam proses penjajakan kerjasama dengan swasta.

“Beberapa yang sudah spin off misalnya Padi IPB 3S yang memiliki potensi 11,4 ton/hektare dan sekarang sudah diterapkan di 26 provinsi. Inovasi ini mendapat support dari Kemenristekdikti,” terang Arif.

Selain Padi IPB 3S, IPB mengembangkan pepaya Calina yang rasanya manis. Benih pepaya Calina sudah tersebar ke 6 provinsi dan ke 11 manca negara. Contoh lainnya, jambu kristal dan sayur-sayuran yang benihnya sudah tersedia di pasar.

IPB juga mengembangkan produk olahan seperti beras analog dari singkong, sagu dan jagung. Serta, mie jagung yang selama ini dari gandum untuk proses diversifikasi pangan. IPB juga menghasilkan kosmetik, pomade, dan lisptik dari rumput laut. “Jadi kita mencoba memberdayakan produk-produk pertanian sebagai material baru untuk industri kosmetik, farmasi, maupun industri yang lain,” terang Arif.

Menurut Arif, produk-produk yang dihasilkan IPB mencermikan green lifestyle yang ramah lingkungan dan bisa diterima oleh pasar dunia. Agar inovasi-inovasi tersebut masuk pasar ekspor, pihaknya sudah menjajaki beberapa kedutaan-kedutaan, khususnya Eropa. IPB juga terus meningkatkan kualitas produk untuk memenuhi standar ekspor pangan di Eropa maupun Amerika.

“Kita terus kerjasama dengan Kemeristekdikti dan industri untuk bisa mengekspansi pasar supaya produk dari IPB itu tidak hanya di pasar Indonesia tapi juga mengglobal,” lanjutnya.

Untuk memasarkan produk hasil inovasinya, IPB mengembangkan Serambi Botani yang sudah memiliki 15 outlet di 15 mall di Indonesia. “Serambi Botani merupakan etalase dari inovasi-inovasi IPB baik yang sifatnya olahan maupun non olahan. Kita juga sudah membuka outlet di Bandara Soekarno-Hatta dan ke depan akan membuka di beberapa bandara di Indonesia,” tuturnya.

Penyerapan produk di outlet, lanjutnya, terbilang bagus. Arif tidak menyangka ternyata demand terhadap produk-produk hasil inovasi IPB tinggi sekali, sehingga pihaknya berani buka outlet di bandara. Sekarang, IPB juga sedang menjajaki kerjasama dengan Kimia Farma agar produk-produk IPB bisa masuk di seluruh outlet Kimia Farma yang berjumlah 1.200 outlet.

IPB juga membuka diri pada produk-produk perguruan tinggi lain yang ingin dipasarkan melalui Serambi Botani. “Sekarang kita sudah harus bersifat inklusif karena sekarang era kolaboratif. Perguruan tinggi lain silakan kalau ingin memasukkan produk-produknya unggulannya ke Serambi Botani,” ucap Arif.

Selain Serambi Botani, IPB memiliki Direktorat Kawasan Sains Teknologi dan Inkubasi Bisnis yang bertugas membina calon-calon pengusaha. Saat ini sudah ada 217 tenant binaan IPB dan sebagian sudah spin off.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author