Kemenristekdikti Dorong Hasil Penelitian Masuk ke Industri dan Pasar

alt
Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti Jumain Appe dalam Forum Inovasi Industri di Jakarta, Senin (20/3/2017)
 
Jakarta, technology-indonesia.com – Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terus mendorong agar hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga litbang tidak hanya sampai pada prototipe pengembangan teknologi, tetapi masuk kepada prototipe industri dan prototipe pasar.
 
“Di dalam kegiatan pengembangan inovasi, lembaga litbang dan perguruan tinggi dalam hal ini peneliti dan perekayasa dan  inovator harus bekerja sama dengan industri agar produk yang dihasilkan bisa sampai ke pasar,” kata Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti Jumain Appe dalam Forum Inovasi Industri di Jakarta, Senin (20/3/2017).
 
Menurut Jumain, inovasi tidak hanya suatu pengembangan riset teknologi dan tidak hanya penciptaan kreativitas. Namun, inovasi adalah suatu produk atau proses yang dapat memberikan pemanfaatan dan pembaruan. 
 
“Pengembangan inovasi tidak hanya berhenti pada prototipe atau penelitian dan pengembangan saja. Tapi yang sangat penting adalah bagaimana hasil penelitian dan pengembangan bisa sampai pada produk atau proses. Lebih lanjut dari itu adalah sampai kepada pengembangan kegiatan yang ada di pasar,” tuturnya.
 
Penggunaan produk hasil riset dalam negeri oleh industri dapat memberi nilai ekonomi dan mengurangi ketergantungan impor. Namun industri masih enggan karena prototipe yang dihasilkan belum sesuai dengan kebutuhan pasar atau teknologi yang dihasilkan belum tersertifikasi.
 
Penyelenggaraan kegiatan riset dilakukan mulai dari tahap eksplorasi hingga difusi teknologi. Tahap eksplorasi mencakup perumusan ide/konsep, riset eksplorasi hingga feasibility. Temuan baru hasil eksplorasi dikembangkan menjadi prototipe (uji alpha) yang kemudian diujikan di lapangan (uji beta). 
 
Peralihan dari uji beta ke tahap difusi merupakan tahapan terberat dalam proses pengembangan inovasi. Banyak riset berakhir di death of valley karena tidak mampu melaju ke tahap komersialisasi. Untuk itu perlu campur tangan pemerintah untuk menjembatani tahapan peralihan dari uji beta ke tahap difusi hingga menghasilkan produk inovasi. 
 
Karena itu, Kemenristekdikti menjalin kerja sama dengan lembaga litbang, perguruan tinggi, industri, dan kelompok masyarakat dalam pengembangan inovasi. “Kerja sama pengembangan inovasi ini sangat penting, agar kita dapat memanfaatkan kemampuan kita sendiri dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan daya saing industri dan daya saing nasional di masa yang akan datang,” ungkap Jumain.
 

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti, Ainun Na’im mengatakan peningkatan inovasi memang sebuah keharusan untuk meningkatkan daya saing bangsa. 
 
“Jika kita punya inovasi akan mengurangi ketergantungan dengan negara lain sehingga meningkatkan daya saing. Sehingga kita tidak hanya jadi pembeli tetapi juga penjual dan menciptakan kekuatan dimana lebih banyak negara atau pihak-pihak lain tergantung pada kita,” ungkapnya.
 
Dalam forum tersebut dilaksanakan penandatangan kerjasama Kemenristekdikti dengan penerima pendanaan inovasi industri sebanyak 53 proposal dari 177 proposal yang masuk. Serta pendanaan inovasi perguruan tinggi di industri sebanyak 13 proposal dari 31 proposal yang masuk pada 2016-2017.
 
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author