TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar program pendanaan Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) Kolaborasi bersama Ministry of Science and Technology (MOST) Tiongkok. Skema pendanaan ini bertujuan mendukung riset kolaboratif yang berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dan penguatan ekosistem di kedua negara.
Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN, Agus Haryono saat sosialisasi program RIIM Kolaborasi pada Kamis (18/7/2025), menilai kerja sama riset antara kedua negara menjadi kesempatan yang potensial dan strategis.
“Seperti kita ketahui, pertumbuhan sains dan teknologi di Tiongkok saat ini merupakan yang terbesar di dunia. Saya kira ini adalah momen yang tepat bagi periset Indonesia untuk bisa bekerja sama dengan para peneliti di sana,” ungkapnya.
Kolaborasi dilaksanakan dengan tiga topik prioritas, yaitu food and agriculture, new and renewable energy, serta transportation technology. Masing-masing topik prioritas terdiri dari dua subtopik, seperti food biotechnology dan diary products untuk topik pertama, solar energy dan biomass and biofuel untuk topik kedua, serta autonomous electric vehicle dan charging station untuk topik terakhir.
Dalam pemaparan yang disampaikan, perwakilan Direktorat Pendanaan Riset dan Inovasi BRIN, Evy Rusmanida Yanthi, menerangkan, terdapat kriteria peneliti utama (PI) Indonesia yang perlu diperhatikan.
Kriteria PI Indonesia merupakan warga negara Indonesia (WNI) yang bergelar Doktor (Ph.D), berasal dari institusi yang memenuhi syarat. Kriteria selanjutnya, memiliki pengalaman riset yang relevan dengan topik yang diusulkan dan sudah memiliki mitra resmi dari Tiongkok saat pengajuan.
Peserta hanya bisa terlibat di dua proposal dan hanya boleh menjadi PI dalam satu proyek yang didanai, serta jumlah tim disesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran.
Evy turut menyampaikan bahwa skema pendanaan RIIM Kolaborasi ini didanai oleh dua pihak untuk tim peneliti masing-masing negara, tidak ada pendanaan lintas negara.
Indonesia mendapatkan nilai pendanaan sebesar Rp1 miliar untuk per tahun per proyek dengan durasi maksimal dua tahun dan didanai oleh LPDP yang dikelola oleh BRIN.
“Sedangkan periset Tiongkok mendapatkan pendanaan sebesar 2 juta yuan per proyek dengan durasi maksimal dua tahun dan didanai MOST sesuai kebijakan nasional,” jelasnya.
Program ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan, mulai dari pembukaan call pada 14 Juli 2025, dilanjut dengan batas akhir pengajuan proposal pada 21 Agustus 2025. Selanjutnya, seleksi administrasi oleh masing-masing pihak pada akhir Agustus 2025.
Evaluasi substansi dan harmonisasi hasil seleksi akan dilaksanakan pada akhir Agustus-September 2025. Pengumuman hasil seleksi pada akhir September atau Oktober 2025, dan proses kontrak pada Oktober-Desember 2025. Proyek pendanaan ini ditargetkan dapat dimulai pada Januari 2026.
Timeline kegiatan ini dapat disimak melalui laman pendaftaran https://pendanaan-risnov.brin.go.id. Panduan dan template proposal bisa diunggah dari laman https://brin.go.id//riim-most2025. Informasi lebih lanjut bisa menghubungi WhatsApp 0811-1064-6771 dan E-mail dana-risnov@brin.go.id.
BRIN dan MOST Tiongkok Gelar Program Pendanaan RIIM Kolaborasi
