COREMAP-CTI dan Konsorsium Riset Samudera, Kunci Peningkatan Kualitas Riset Kelautan

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Aspek riset menjadi bagian yang penting terhadap upaya pelestarian sumberdaya kelautan, ekosistem terkait, dan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan. Riset yang terintegrasi diharapkan dapat menghasilkan inovasi dan rekomendasi terkait pengelolaan ekosistem pesisir dan samudera yang strategis.

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko menyampaikan hal tersebut dalam Ekspose COREMAP-CTI dan Konsorsium Riset Samudera (KRS) pada Kamis (15/8/2019) di Mandarin Oriental Hotel, Jakarta. Kegiatan ini mengusung tema “Our Action for Healthy Coral and Better Ocean.”

Agenda riset tersebut, lanjutnya, telah dijalankan dengan melakukan kolaborasi lintas instansi dan lembaga penelitian dalam bentuk Konsorsium Riset Samudera (KRS). Konsorsium ini beranggotakan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas; Kementerian Kelautan dan Perikanan; Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; LIPI; Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT); Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG); Badan Informasi Geospasial (BIG); Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan); Pushidros TNI AL, dan perguruan tinggi.

Handoko menjelaskan, wadah riset tersebut bertumpu pada program prioritas nasional dengan mengklasterisasi riset dalam beberapa hal. “Klasterisasi riset dalam program prioritas nasional terdiri dari keanekaragaman hayati dan konservasi, ketahanan pangan, ketahanan energi, geosains kelautan, serta observasi laut dan iklim,” terangnya.

Turunan dari klasterisasi riset tersebut mencakup beberapa aspek, seperti pertahanan dan keamanan maritim; pemanfaatan ruang laut; perekonomian maritim yang maju dan mandiri; pendayagunaan sumberdaya alam yang berkelanjutan; perlindungan fungsi lingkungan laut; dan infrastruktur maritim; serta strategi nasional menghadapi perubahan global.

Berdasarkan Laporan Lembaga Program Lingkungan PBB (UNEP), nilai ekonomi dari wilayah Inisiatif Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle Initiative) mencapai angka USD 14 miliar yang berasal dari sektor pariwisata, perikanan dan pemanfaatan infrastruktur pantai. Nilai tersebut memiliki potensi perkembangan mencapai USD 37 miliar di 2030 apabila kondisi ekosistem terumbu karang terus terkelola dengan baik.

Dari proyeksi jumlah tersebut, sebesar USD 2,6 miliar merupakan nilai aset yang akan dimiliki Indonesia. Coral Reef Rehabilitation Management Program-Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) dan Konsorsium Riset Samudera hadir untuk membangun sektor kelautan di Indonesia.

Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama Bappenas, Gellwynn Jusuf mengatakan pembentukan KRS senada dengan visi Presiden Joko Widodo dan tercantum pada target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Nomor 14 tentang Ekosistem Laut, yakni pengelolaan sektor kelautan dengan perencanaan berbasis IPTEK disertai ketersediaan informasi pengetahuan yang memadai.

“Sementara COREMAP-CTI merupakan upaya pemerintah dalam menjaga kawasan pesisir, secara khusus pada ekosistem terumbu karang agar tetap dikelola secara optimal dan lestari,” ujarnya.

Gellwyn menjelaskan, program ini akan menjadi stimulus bagi peningkatan nilai aset terumbu karang dan sumber daya terkait guna memperkukuh pilar kemakmuran masyarakat pesisir dan kemajuan bangsa Indonesia. Komitmen COREMAP-CTI dan KRS merupakan kunci dalam menghasilkan peningkatan kualitas riset yang menjadi landasan rekomendasi dalam menentukan arah kebijakan sektor kelautan.

“COREMAP-CTI menjadi wadah strategis dalam mengembangkan IPTEK serta meningkatkan kapasitas SDM dalam pengelolaan kemaritiman. Kolaborasi peneliti dan akademisi yang dihimpun oleh KRS, turut berperan dalam pembangunan pondasi SDM berkualitas yang menguasai iptek,” tuturnya.

Ekspose COREMAP-CTI dan KRS bertujuan untuk menjadi wadah memperkenalkan COREMAP-CTI dan KRS kepada pemangku kepentingan terkait serta masyarakat luas, serta menjaring masukan substansial terkait pengelolaan kawasan pesisir dan samudera. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat mendorong terwujudnya pembangunan kelautan yang kuat, terstruktur, dan komprehensif.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author