Jakarta, Technology-Indonesia.com – Setelah sukses menggelar seminar pertama pada 20 Juni 2022, Seminar Ahli Karbon Biru Korea-Indonesia yang kedua dilaksanakan pada Senin (9/1/2023) di Nusa Dua, Bali. Dalam seminar ini para pakar bidang karbon biru dari Korea dan Indonesia berdiskusi, bertukar ilmu dan pengalaman yang akan menjadi dasar perancangan proyek karbon biru di Indonesia.
Merujuk pada hasil pertemuan bilateral antara Kementerian Samudera dan Perikanan Republik Korea/Ministry of Ocean and Fisheries (MOF) dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) Indonesia, pada 13 Oktober 2021, kedua negara sepakat untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan kerjasama internasional karbon biru.
Kerjasama ini nantinya akan direalisasikan dalam bentuk Proyek Official Development Assistance (ODA) yang rencananya akan dimulai pada 2024. Seminar ini dilaksanakan oleh Korea-Indonesia Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC), Seoul National University (SNU) dan Kunsan National University (KNU), atas nama MOF, Republik Korea dan Kemenkomarves.
Korea-Indonesia MTCRC merupakan pusat penelitian bersama antar pemerintah di bidang Ilmu dan Teknologi Kelautan antara Korea yang diwakili oleh Korea Institute of Ocean Science and Technology (KIOST) atas nama Ministry of Oceans and Fisheries (MOF) dan Indonesia yang diwakili oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Kemenko Marves.
Pendirian MTCRC bertujuan memperkuat dan mempromosikan kerjasama praktis di bidang ilmu dan teknologi kelautan antara kedua negara.
Seminar kedua ini mengundang pembicara dan moderator dari Korea dan Indonesia, dengan melibatkan antara lain Kemenkomarves, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Korea Institute of Ocean Science and Technology (KIOST), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Lampung (Unila), Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Udayana, dan Universitas Pattimura (UNPATTI)
Seminar ini juga melibatkan perguruan tinggi dari Korea dan Kanada seperti Seoul National University (SNU), Anyang University, Pusan National University (PNU) Pukyong National University (PKNU), Kunsan National University, dan University of Saskatchewan.
Asisten Deputi Pengelolaan Perubahan Iklim dan Kebencanaan Kemenkomarves, Kus Prisetiahadi dalam sambutannya melalui rekaman video mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi karbon biru yang sangat besar, mencapai 3,4 Giga Ton (GT) atau sekitar 17% dari karbon biru dunia.
“Kemenkomarves dan MOF telah mengadakan beberapa pertemuan untuk menindaklanjuti kerjasama dua negara di bidang maritim, termasuk seminar kali ini yang merupakan tindak lanjut kerjasama karbon biru Korea-Indonesia” kata Kus Prisetiahadi.
Perluasan area ekosistem karbon biru, dukungan teknis, dan peningkatan kapasitas, khususnya di wilayah laut dan pesisir sangat diperlukan demi menjaga sumber daya alam tetap lestari.
“Saya berharap proyek ODA ini nantinya akan menjadi salah satu platform untuk mengimplementasikan rencana nyata yang dapat ditindaklanjuti untuk melawan isu perubahan iklim dan dapat memperkuat kerjasama antara Korea dan Indonesia, khususnya di bidang maritim,” kata Firman Trisasongko, Firman Trisasongko, Analisis Ahli Kebijakan pada Asisten Deputi Hilirisasi Sumber Daya Maritim.
Seminar ini merupakan forum para pakar di bidang Karbon Biru dari kedua negara untuk berdiskusi, bertukar ilmu dan pengalaman serta ide yang nantinya akan didiskusikan dan menjadi dasar perancangan proyek Karbon Biru di Indonesia melalui skema ODA.
“Kerjasama ini tidak hanya akan menguntungkan bagi Indonesia dan Korea saja, tetapi juga merupakan bentuk usaha yang memberikan manfaat secara global dan MTCRC sebagai organisasi penelitian antar pemerintah. Kami berharap dapat berperan besar dalam memberikan kontribusi bagi keberhasilan kerjasama di bidang ini,” kata Dr. Hansan Park, Direktur Korea-Indonesia MTCRC.
Agenda seminar ini terdiri dari total 13 presentasi dengan dibagi dalam 4 sesi paparan terkait Karbon Biru dan dilanjutkan dengan diskusi komprehensif yang dipimpin oleh para ahli pada tiap sesinya.
Sesi pertama seminar membahas ‘Penelitian Karbon Biru Korea-Indonesia’ yang dipandu Ivonne M. Radjawane, Ph.D. selaku Direktur Korea-Indonesia MTCRC, dan diisi oleh pembicara Dr. Lee Jong Min (Blue Carbon Project Researcher, SNU); Yaya Ihya Ulumuddin, Ph.D (BRIN); dan Andreas A. Hutahaean, Ph.D (Kemenkomarves).
Sesi kedua membahas ‘Penelitian Karbon Biru-Mangrove’ yang dipandu oleh Frida Sidik, Ph.D selaku peneliti dari BRIN yang diisi oleh pembicara Dr. Imam Mudita (BRIN); Prof. LEE Seung-kuk (PKNU); dan Virni Budi Arifanti, Ph.D (BRIN).
Sesi ketiga membahas ‘Penelitian Karbon Biru-Lamun’ yang dipandu oleh Prof. Kwon Bong-oh (KNU) yang diisi oleh pembicara Prof. Rohani Ambo-Rappe (UNHAS); Prof. KIM Won-kuk (PNU); Dr. Pramaditya Wicaksono (UGM); dan Dr. Charlotha I. Tupan (UNPATTI).
Sesi keempat membahas ‘Peluang Karbon Biru Lainnya’ yang dipandu oleh Dr. LEE Chang Keun selaku Blue Carbon Project Researcher, SNU yang diisi oleh pembicara Dr. YOON Seo Joon (SNU); Dr. Tri Handayani (BRIN); dan Dr. Aditya Rakhmat Kartadikaria (ITB).
Seminar dihadiri oleh kurang lebih 50 peserta baik dari Korea maupun Indonesia. Sekarang ini MOF, Korea telah memulai proyek baru terkait pengembangan teknologi garis pantai berdasarkan ilmu Karbon Biru untuk adaptasi perubahan iklim.
Prof. Kim Jong-Seong, Manager The Blue carbon Project Group berharap workshop ini bisa menjadi wadah penyampaian berbagi ide, berdiskusi untuk mencari gambaran tentang Karbon Biru, dan menentukan bentuk kerjasama yang tepat dan kegiatan konkrit ke depan.