Jakarta, Technology-Indonesia.com – Hingga saat ini, penyakit lupus masih menjadi menjadi persoalan kesehatan global. Diperkirakan terdapat 5 juta pasien lupus tersebar di seluruh dunia dan setiap tahunnya terus mengalami peningkatan.
Ahli Rematologi FKKMK Universitas Gadjah Mada (UGM), Nyoman Kertia menyampaikan bahwa penyakit autoimun ini dapat menyerang siapa saja. Namun hingga saat ini kasus lupus paling banyak terjadi pada wanita usia produktif. Wanita merupakan kelompok yang lebih sering terjangkit penyakit ini dibanding laki-laki karena berhubungan dengan aktifitas hormon dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat.
“Wanita muda usia kisaran 15-25 tahun merupakan kelompok yang lebih rentan terkena lupus,” jelasnya pada Kamis (9/5/2019) di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito.
Lupus merupakan penyakit seribu wajah sebab memiliki gejala yang tidak khas. Gejala dan sakit yang ditimbulkan beragam dan manifestasi lupus pada tiap orang yang terkena bisa berbeda-beda.
Meskipun sulit dikenali, Nyoman mengatakan orang dapat mengenali gejala-gejala awal lupus melalui Saluri (Sadari Lupus Sendiri). Gejalanya antara lain nyeri pada sendi, demam, ruam di kulit, rambut rontok, demam, sariawan, dan sensitif terhadap paparan sinar matahari. “Jika sudah ada dua gejala, misalnya demam disertai nyeri sendi sebaiknya segera periksa ke dokter,” lanjutnya.
Nyoman menerangkan penyebab lupus belum diketahui secara pasti. Berbagai faktor diduga berperan pada patofisiologis lupus seperti faktor genetika, infeksi, dan lingkungan seperti polusi dan makanan tidak sehat.
Penyakit ini, tidak dapat disembuhkan namun bisa dikendalikan. Sehingga terdapat kemungkinan untuk kambuh apabila daya tahan tubuh menurun. Karena itu, dia mengimbau para penderita lupus (odapus) untuk menjaga kondisi tubuh dengan baik. “Penyakit ini bisa kumat karenanya pasien tidak boleh kecapekan, tidak boleh stress, dan hindari berjemur,” tuturnya.
Disamping itu pengendalian lupus dapat dilakukan dengan rutin memeriksakan diri ke dokter. Pasalnya, penyakit ini dapat berbahaya jika tidak terkontrol ditangani dengan baik. Apabila lupus sudah menyerang organ dalam seperti paru-paru, ginjal hingga otak maka pasien sulit tertolong. “Rata-rata ketidakberhasilan lebih dikarenakan pasien yang tidak rajin kontrol,” ungkapnya.
Bertepatan dengan peringatan hari lupus sedunia yang jatuh pada 10 Mei, Nyoman mengingatkan pentingnya menjaga pola hidup sehat seperti menghindari makanan cepat saji, makanan yang diolah dengan dibakar, serta merokok. Dengan begitu diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup odapus.