Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pandemi Covid-19 telah membangunkan semua pihak bahwa ketahanan nasional menangani penyakit menular perlu mendapatkan perhatian serius. Saat ini, ketergantungan terhadap produk-produk impor dalam penanganan Covid 19 masih sangat tinggi. Inovasi teknologi untuk subtitusi impor sudah saatnya menjadi prioritas nasional, termasuk upaya mendorong tumbuhnya industri hulu dan industri antara bidang kesehatan.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan bahwa Task Force Riset dan Inovasi Teknologi Penanganan Covid-19 (TFRIC-19) tahun 2020 merupakan model ekosistem inovasi yang terbangun karena adanya dorongan kebutuhan bersama untuk menangani pandemi Covid-19.
“TFRIC-19 yang diorkestrasi oleh BPPT adalah sebuah wujud nyata keberhasilan ekosistem inovasi nasional. Anggotanya berasal dari berbagai institusi Litbang pemerintah, 18 perguruan tinggi, berbagai industri nasional, 6 startup, banyak rumah sakit, dan 15 komunitas,” kata Hammam dalam Media Gathering: Kebangkitan Inovasi Teknologi untuk Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi yang digelar BPPT pada Kamis (20/5/2021).
TFRIC-19 berhasil meluncurkan berbagai produk inovasi pada 20 Mei 2020, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Teknologi dan mendapatkan dukungan dari Presiden Joko Widodo. Produk-produk tersebut antara lain Rapid Diagnostic Test (RDT) RI-GHA untuk deteksi antibodi IgG/IgM; PCR test kit BioCOV-19 dan mBioCOV-19; Mobile Laboratorium Biosafety Level 2 (BSL 2); Ventilator darurat; dan aplikasi kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk deteksi Covid-19 berbasis citra X-ray dan CT-Scan.
“Ekosistem inovasi teknologi penanganan Covid 19 perlu dijaga dan diperkuat guna memperkuat ketahanan nasional dan subtitusi impor. BPPT Insya Allah terus berkomitmen untuk meneruskan kegiatan inovasi teknologi penanganan Covid-19,” jelas Hammam.
Melanjutkan aksi-aksi TFRIC-19, Kepala BPPT telah meluncurkan TFRIC-19 Tahap 2 Tahun 2021 atau TFRIC-19 Next Generation pada 19 Mei 2021. Menurut Hammam, ada lima aksi utama TFRIC-19 Next Generation.
Pertama, aksi penguatan kajian keekonomian dan teknologi. Aksi ini dilakukan dalam upaya mitigasi dan meminimalisasi potensi “valley of death” dan menjadi bagian dari upaya untuk memperkuat kelayakan produk untuk masuk ke pasar.
“Kajian – kajian yang dilakukan meliputi kajian Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), kajian industri manufaktur produk kesehatan, kajian pra analisa komersialisasi, dan audit teknologi kapasitas industri dan dukungan regulasi,” tutur Hammam.
Kajian industri manufaktur produk kesehatan bertujuan merumuskan kebijakan teknologi dan strategi pengembangan industri manufaktur produk kesehatan untuk penanganan Covid-19. Kajian pra komersialisasi bertujuan meminimalisir risiko kegagalan dalam komersialisasi produk teknologi dengan output berupa dokumen rekomendasi kelayakan bisnis pada produk teknologi bidang kesehatan
Sementara, audit teknologi kapasitas industri dan dukungan regulasi bertujuan menghasilkan rekomendasi terkait kemampuan produksi dan potensi pasar industri produk untuk penanganan Covid-19 serta mengkaji regulasi terkait ekosistem inovasi yang mendukung keberlangsungan produk penanganan Covid-19.
Kedua, aksi inovasi teknologi alat kesehatan. Melalui aksi, diharapkan pada 2021 akan lahir inovasi ventilator ICU, Direct Digital Radiography (DDR), Rapid Diagnostic Test (RDT) Antigen Covid-19 dan Kit pengukur kadar antibodi pasca vaksinasi. BPPT telah melakukan perancangan dan pengembangan prototipe ventilator ICU yang memenuhi standar ISO 80601-2-12:2020. Ventilator ICU ini juga dikembangkan untuk penanganan berbagai kondisi pasien yang mengalami masalah kesehatan dan memerlukan perawatan intensif.
Direct Digital Radiography (DDR) dirancang dengan fitur pengambilan Mode Thorax untuk diagnosis pasien Covid-19 dan dilengkapi dengan fitur data Digital Imaging Communication Medicine (DICOM) untuk mendukung implementasi kesehatan 4.0. DDR ini dirancang dengan desain industri dan biaya yang murah guna mendukung pemerataan dan peningkatan pelayanan radiologi di Indonesia.
RDT antigen Covid 19 dengan nama dagang BPRO merupakan prototipe produk RDT antigen yang dikembangkan bersama antara BPPT dengan Prodia Diagnostic Line (Proline). BPRO dikembangkan brbasis antibodi protein N (Nucleocapsid). Saat ini, BPRO dalam tahap proses validasi eksternal dan registrasi di Kementerian Kesehatan
Produk kit untuk mengukur kadar antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi berbasis teknologi Lateral Flow Immunofluorescent Assay (LFIA). Produk ini diharapkan dapat mendukung keberhasilan program vaksinasi nasional.
Ketiga, aksi inovasi teknologi suplemen kesehatan. Aksi ini, terang Hammam, bertujuan menyediakan produk-produk dalam negeri yang bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan atau imunitas masyarakat. Aksi ini meliputi: inovasi suplemen kesehatan berbasis bawang putih terfermentasi (black garlic), suplemen kesehatan berbasis beta glucan (polisakarida hasil fermentasi yeast), suplemen dalam bentuk biskuit padat gizi yang diperkaya dengan vitamin dan mineral, sediaan obat herbal imunostimulan dan beras terfortifikasi.
Keempat, aksi penguatan data sains dan aplikasi kecerdasan artifisial. Aksi ini meliputi inovasi aplikasi AI untuk deteksi Covid-19, database biopropeksi tanaman obat, mikroba dan senyawa berpotensi obat Covid 19 dan penyakit lainnya sebagai data set artificial intelligence (AI).
Sistem Informasi Tanaman Obat (SITO) merupakan aplikasi hasil transformasi digital yang berisi database tanaman obat berbasis website. Koleksi tanaman obat dikumpulkan dari beberapa taman nasional di wilayah Indonesia hasil kegiatan bioprospeksi. Hingga saat ini telah terkumpul lebih dari 2.600 koleksi tanaman obat dan dapat diakses pada link http://sito.pptik.id//.
BPPT memiliki koleksi mikroba asli Indonesia sekitar 25.000 isolat mikroba. Dengan memanfaatkan teknologi AI, diharapkan efisiensi proses identifikasi mikroba dan penemuan senyawa kandidat obat dari mikroba dapat ditingkatkan, sehingga senyawa kandidat obat bisa ditemukan dengan lebih cepat. Selain itu, database morfologi mikroba dan senyawa yang diproduksi oleh mikroba akan dibangun sebagai dataset untuk sistem identifikasi mikroba dan senyawa mikroba berbasis AI.
“Saat ini, BPPT sedang menyiapkan sebuah konsep smart farming bersama Kemenko Maritim dan Investasi untuk Pusat Riset Herbal di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Fasilitas riset berbasis herbal ini dan menggunakan kecerdasan artificial akan melahirkan terobosan smart farming untuk tanaman obat,” terangnya.
Kelima, aksi penguatan kerjasama, komersialisasi dan media. Selain kesiapan teknologi, kelayakan bisnis dan kesesuaian produk produk dengan regulasi menjadi syarat utama menuju komersialisasi. Kemitraan dengan indutri perlu dilakukan sedini mungkin.
“Aksi ini bertujuan untuk memperkuat networking, komersialisasi, pendampingan diskusi dan negosiasi kerjasama kemitraan serta penguatan media campaign yang menjadi aktivitas penting untuk dilakukan,” pungkas Hammam.