Menristekdikti Luncurkan Lima Produk Radioisotop dan Radiofarmaka BATAN

alt

 
Serpong, technology-indonesia.com – Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meluncurkan lima produk radioisotop dan radiofarmaka hasil penelitian dan pengembangan (litbang) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Riset dan pengembangan teknologi nuklir di Indonesia telah berkembang dengan baik sehingga mampu menghasilkan produk-produk inovasi yang dapat dimanfaatkan masyarakat maupun industri. 
 
Dalam kesempatan tersebut dilaksanakan juga Penandatanganan Kontrak Kerjasama Pengembangan Teknologi Industri antara Kemenristekdikti dan BATAN. Peluncuran produk dan penandatanganan kontrak kerjasama ini dilakukan dalam rangka memberikan dukungan program hilirisasi hasil riset dan pengembangan bidang kesehatan dan obat.
 
Lima produk radioisotop dan radiofarmaka BATAN yang diluncurkan yaitu Kit Radiofarmaka MIBI, Kit Radiofarmaka MDP, Kit Radiofarmaka DTPA, Radiofarmaka Senyawa Bertanda 153 Sm-EDTMP, dan Radiofarmaka Senyawa Bertanda 131 I-MIBG. Kelima produk tersebut siap digunakan untuk kebutuhan diagnosis dan penyembuhan beberapa penyakit, terutama penyakit degeneratif seperti jantung, kanker, dan ginjal. 
 
Menristekdikti menyambut baik langkah BATAN yang telah melakukan hilirisasi hasil-hasil riset. Produk radioisotop dan radiofarmaka ini telah dikembangkan sejak lama dan hasilnya telah dimanfaatkan oleh industri yaitu PT Kimia Farma.
 
“Produk-produk teknologi nuklir telah memberikan kontribusi yang besar dalam bidang kesehatan, energi, pertanian, industri, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Salah satunya adalah pemanfaatan radiofarmaka di bidang kesehatan,” ujar Menristekdikti di Pusat Teknologi Industri Radoisotop dan Radiofarmaka (PTRR)-Batan, Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, pada Senin (19/6/2017).
 
Menristekdikti menerangkan saat ini belasan rumah sakit di Indonesia telah memiliki fasilitas kedokteran nuklir. Jenis penggunaan radiofarmaka tertinggi adalah penggunaan untuk diagnosis penyebaran kanker tulang menggunakan radiofarmaka MDP. Radiofarmaka ini merupakan salah satu produk Kimia Farma hasil riset dan pengembangan PTRR-BATAN.
 
Sebagai bentuk dukungan dalam pengembangan riset dan pemanfaatan teknologi nuklir di Indonesia, Kemenristekdikti melalui Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan memberikan dukungan pendanaan dalam skema Program Pengembangan Teknologi Industri dan Insentif  Sistem Inovasi Nasional (INSINAS). 
 
“Total alokasi dana yang disiapkan untuk mendukung riset dan pengembangan sebanyak 81 miliar. Kemenristekdikti mendorong LPNK di bawah Kemenristekdikti yaitu BPPT, LIPI, BATAN, Bapeten, LAPAN,  maupun BSN untuk memanfaatkan anggaran tersebut,” jelasnya.
 
Selain pendanaan, Menristekdikti juga mendukung tumbuhnya iklim riset dan pengembangan di Indonesia dengan mengeluarkan regulasi-regulasi riset yang lebih baik. 
 
Deputi Pendayagunaan Teknologi Nuklir BATAN, Hendig Winarno mengatakan produk BATAN telah masuk dalam e-katalog LKPP sehingga memudahkankan dalam pemesanan. Salah satu produk yang diluncurkan yaitu Kit MIBI berfungsi mendiagnosis fungsi jantung dan mengevaluasi fungsi otot jantung. Hasil pencitraan menggunakan MIBI memberikan informasi yang lebih akurat mengenai fungsi jantung daripada teknik pencitraan medis biasa.
 
Produk kedua, Kit MDP berfungsi mendiagnosis sejauh mana penyebaran kanker di dalam tulanguntuk penentuan stadium penyakit kanker. Ketersediaan Kit MDP paling banyak dibutuhkan oleh rumah sakit dibandingkan empat produk radiofarmaka lainnya.
 
Produk ketiga, DTPA yang dapat mendiagnosis fungsi ginjal untuk memberikan informasi yang lebih akurat tentang kondisi ginjal pasien. Keempat, Radiofarmaka Senyawa Bertanda 153 Sm-EDTMP atau samarium untuk terapi paliatif atau mengurangi rasa nyeri kepada penderita kanker, terutama sel kanker yang sudah menyebar ke organ tubuh lain (metastasis). Terakhir, Radiofarmaka Senyawa Bertanda 131 I-MIBG untuk mendiagnosis kanker neuroblastoma atau sistem saraf pada anak-anak. 
 
Presiden Direktur Kimia Farma, Honesti Basyir menyambut baik kerjasama yang telah terjalin dengan BATAN. Basyir mengatakan bahwa saat ini telah ada 11 produk BATAN yang telah dihilirisasikan dan dipasarkan oleh Kimia Farma. “Produk ini telah memiliki nomor ijin edar dari BPOM,” terangnya.
 
Basyir mengatakan kerjasama ini telah berlangsung sejak 2008, dan pada 2014 sudah mulai dilaksanakan implementasi di rumah sakit. “Pemakaian produk ini dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan,” lanjutnya. 
 
Menurutnya, Kimia Farma berkomitmen untuk terus melakukan kerjasama dengan PTRR-BATAN. “Mari kita lakukan sinergi-sinergi berikutnya untuk memasarkan dan membuat produk-produk penelitian dari BATAN ini menjadi skala industri,” pungkas Basyir.
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author