Jakarta, Technology-Indonesia.com – GeNose C19 atau alat deteksi Covid-19 lewat embusan napas secara resmi telah mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Alat deteksi Covid-19 besutan tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) ini siap diproduksi massal untuk dipasarkan.
Setelah menjalani serangkaian uji klinis dan diuji coba di 8 Rumah Sakit, GeNose C19 secara resmi diumumkan telah mengantongi Izin Edar Kemenkes AKD 20401022883 pada 24 Desember 2020. Keberhasilan GeNose C19 merupakan contoh keberhasilan triple helix yang melibatkan pemerintah, akademisi, dan industri.
GeNose C19 dikembangkan oleh UGM dengan dukungan dari Konsorsium Riset Inovasi Covid-19 Kemenristek/BRIN, Badan Intelejen Negara, TNI AD, Polri, Kemenkes RI, dan pihak swasta antara lain PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (bagian mekanik), PT Hikari Solusindo Sukses (elektronik dan sensor), PT Stechoq Robotika Indonesia (pneumatic), PT Nanosense Instrument Indonesia (artificial intelligence, elektronik dan after sales), dan PT Swayasa Prakarsa (assembly, perijinan, standar, QC/QA, bisnis).
“Pada intinya kita perlu memperkuat sistem survailans, 4T ditambah dengan 3M. Karena itu, Indonesia perlu mempunyai kemandirian di dalam melakukan testing dan monitoring terutama untuk skrining. Di sinilah dituntut kemampuan kita untuk melakukan inovasi melahirkan alat yang nanti bisa melakukannya dengan waktu yang cepat, relatif nyaman, dan juga mempunyai tingkat akurasi yang tinggi,” jelas Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin (28/12/2020).
GeNose memiliki sensitifitas 90%, spesifisitas 96%, akurasi 93% dengan PPV 88% dan NPV 95%. GeNose C19 mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 di orofaring atau tenggorakan melalui hasil metabolisme Volatile Organic Compound (VOC) atau semacam senyawa hidrokarbon kompleks yang diproduksi dari hasil metabolisme virus.
Berbeda dengan swab test PCR yang membutuhkan waktu pemeriksaan hingga beberapa hari, GeNose C19 dapat mendeteksi Covid-19 hanya dalam hitungan beberapa puluh detik dan tanpa menimbulkan rasa sakit. Analisis datanya menggunakan kecerdasan artifisial, dengan biaya per test berkisar antara Rp 15 ribu sampai Rp 25 ribu dan hasil yang cepat sekitar 2 menit dan tanpa reagen atau bahan kimia lainnya, maka diharapkan dengan penggunaan GeNose ini bisa meningkatkan kapasitas skrining Covid-19 di masyarakat.
“Ini adalah salah satu bukti hilirisasi inovasi alat kesehatan, karena dapat langsung menjawab kebutuhan saat ini. Harganya sekitar 62 juta rupiah, targetnya kapasitas produksi nanti per Februari 2021 diharapkan sudah mencapai lebih 10.000 unit dan siap didistribusikan ke seluruh Indonesia,” tambah Menristek.
Fleksibilitas penggunaan GeNose C19 memungkinkan penempatannya di bandara, stasiun, terminal, rumah sakit, perkantoran, dan tempat umum lainnya seperti tempat wisata dan pusat perbelanjaan, sehingga masyarakat diharapkan dapat beraktifitas dengan aman dan nyaman dalam rangka pemulihan ekonomi.
Bambang mengatakan saat ini Genose C19 telah digunakan di sejumlah rumah sakit. Beberapa diantaranya adalah RS Bhayangkara Yogyakarta, RS Karyadi Semarang, RS Moewardi Solo, dan RS UNS.
Ia berharap dengan adanya inovasi ini dapat mendorong pemulihan ekonomi. Dengan demikian, inovasi yang dihasilkan tidak hanya mendukung sektor kesehatan, tetapi juga dapat menunjang upaya untuk memulihkan kegiatan ekonomi.
Inovasi GeNose ini disampaikan Bambang berkontribusi dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui hilirisasi inovasi alat kesehatan. Selain itu, menghemat anggaran belanja untuk keperluan rapid test Covid-19 dan mendorong pertumbuhan inovasi bernilai ekonomi tinggi. Berikutnya, mempercepat proses deteksi orang terinfeksi Covid-19, membantu mitigasi risiko penyebaran Covid-19 di berbagai wilayah, serta membangun kepercayaan publik bahwa industri dalam negeri mampu memproduksi karya inovasi anak bangsa.
Salah satu anggota tim pengembang GeNose, Dian Kesumapramudya Nusantara mengatakan saat ini telah diproduksi 100 unit Genose C19 yang semuanya telah terjual. Selanjutnya akan kembali memproduksi 100 unit lagi di tahap selanjutnya dengan bantuan Kemenritek/BRIN. “Insya Allah dengan bantuan beberapa institusi dan filantropi akan produksi sekitar 2 ribu akhir Januari dan 5 ribu pertengahan Februari dan targetnya bisa 10 ribu,” jelasnya.
Dengan produksi yang semakin meningkat diharapkan GeNose dapat didistribusikan lebih luas lagi. dengan begitu bisa membantu penanganan Covid-19 terutama dalam deteksi cepat virus corona saat tracing dan tracking.
Dalam kesempatan itu Dian turut menyampaikan cara penggunaan dan pemeliharaan GeNose C-19. Alat mudah untuk digunakan dan tidak memerlukan upaya pemeliharaan yang rumit. Pengecekan dan pemeliharaan dilakukan setelah pemeriksaan 150 ribu sampel nafas atau jika muncul gangguan. Mesin dapat didekontaminasi dengan disinfektan tipe swab/oles. Tidak disarankan menggunakan disnfektan tipe semprot dan mesin dalam posisi mati sebelum dibersihkan.
“Untuk pembacaan saat deteksi, apabila positif disarankan melakukan pengambilan ulang embusan napas ke-2 dalam waktu 30 menit setelah pengambilan pertama. Jika hasil konsisten positif disarankan melanjutkan pemeriksaan dengan PCR konfirmasi,” urainya.